Pada suatu ketika, di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, ada sebuah pohon yang berdiri tegak dan gagah. itu adalah pohon terakhir di desa itu, dan dikenal sebagai "Pohon Terakhir". Penduduk desa percaya bahwa pohon itu ajaib dan memiliki kekuatan untuk mengabulkan permintaan.
Desa ini terletak di jantung hutan lebat, dikelilingi pepohonan menjulang tinggi yang memberikan keteduhan dan perlindungan bagi penduduk desa. Di tengah desa berdiri sebuah pohon megah yang dikenal dengan nama "Pohon Terakhir", yang merupakan pohon terakhir di desa tersebut. Pohon itu merupakan simbol harapan dan kemakmuran bagi penduduk desa, dan diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat mengabulkan permintaan. Penduduk desa akan berkumpul di sekitar pohon untuk merayakan festival, pernikahan, dan acara penting lainnya. Pohon adalah titik fokus dari semua kegiatan desa, dan merupakan jantung desa. Namun suatu hari, sekelompok penebang kayu tiba di desa tersebut, disewa oleh seorang pengusaha kaya yang ingin membangun pabrik di desa tersebut. Para penebang tersebut bertugas menebang seluruh pohon yang ada di hutan tersebut, termasuk pohon Pohon Terakhir.
Para penebang kayu yang disewa oleh pengusaha kaya itu tiba di desa tersebut, dan penduduk desa sangat terpukul ketika mendengar kabar bahwa mereka ditugaskan untuk menebang semua pohon di hutan, termasuk pohon "Pohon Terakhir". Penduduk desa mencoba berunding dengan para penebang, namun permohonan mereka tidak didengarkan. Mereka tahu bahwa pohon itu adalah jantung desa mereka, dan tanpa pohon itu, desa mereka akan kehilangan identitasnya. Penduduk desa memutuskan untuk membentuk rantai manusia di sekitar pohon tersebut, dengan harapan dapat menghentikan para penebang untuk menebangnya. Namun, para penebang kayu bertekad untuk menyelesaikan tugas mereka, dan mereka mulai mengusir penduduk desa. Situasi dengan cepat meningkat menjadi konfrontasi dengan kekerasan, dan penduduk desa bukanlah tandingan para penebang.
Para penebang, yang bertekad untuk menyelesaikan tugasnya, mulai menggunakan kekerasan untuk mengusir penduduk desa dari sekitar "Pohon Terakhir". Penduduk desa, yang kalah jumlah dan dikuasai, terdorong mundur, teriakan minta tolong mereka ditenggelamkan oleh suara gergaji mesin dan pohon tumbang. Desa yang tadinya damai kini menjadi medan pertempuran, dan para penebang tidak menunjukkan belas kasihan dalam misi mereka membuka lahan untuk pabrik.
Ketika konflik mencapai puncaknya, penduduk desa menyadari bahwa mereka memerlukan strategi baru untuk melindungi pohon tersebut. Mereka memutuskan untuk menggunakan kekuatan pohon itu sendiri, melantunkan mantra dan berdoa secara serempak, berharap pohon itu akan mendengar permohonan mereka. Tiba-tiba, "Pohon Terakhir" mulai bersinar, dan hembusan angin kencang bertiup ke seluruh desa. Para penebang pohon terlempar, dan penduduk desa terangkat ke udara. Pohon itu telah mendengar doa mereka dan memutuskan untuk turun tangan.
Para penebang kayu, yang ketakutan dengan apa yang mereka saksikan, segera meninggalkan desa, meninggalkan gergaji mesin dan peralatan mereka. Penduduk desa, yang masih terkagum-kagum dengan kekuatan pohon itu, perlahan-lahan turun kembali ke tanah, keyakinan mereka pada "Pohon Terakhir" ditegaskan kembali. Mereka tahu bahwa mereka telah menyaksikan sesuatu yang sungguh luar biasa, dan mereka bersumpah untuk melindungi pohon itu dengan segala cara.
Dengan hilangnya para penebang, desa kembali ke keadaan damai. "Pohon Terakhir" tetap menjadi jantung desa, dan penduduk desa terus berkumpul di sekitarnya untuk menghadiri festival dan acara penting lainnya. Keajaiban pohon itu kini lebih kuat dari sebelumnya, dan mengabulkan harapan orang-orang yang percaya pada kekuatannya.
Penduduk desa, yang berterima kasih atas intervensi pohon tersebut, memutuskan untuk membuat tempat perlindungan di sekitarnya, memastikan bahwa pohon tersebut akan terlindungi dari bahaya apa pun di masa depan. Mereka juga menanam pohon baru di sekitar desa, melambangkan komitmen mereka terhadap pelestarian hutan. "Pohon Terakhir" tidak hanya menyelamatkan desa tetapi juga mengajarkan penduduknya pentingnya alam dan perlunya hidup selaras dengannya.
Setelah konflik, penduduk desa berkumpul di sekitar "Pohon Terakhir" dan masih kagum dengan kekuatannya. Mereka tahu bahwa mereka telah menyaksikan sesuatu yang luar biasa, dan mau tidak mau mereka merenungkan peristiwa yang telah terjadi.
Penduduk desa menyadari bahwa mereka telah menganggap remeh pohon itu, dengan asumsi bahwa pohon itu akan selalu ada untuk memberi keteduhan dan perlindungan. Mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan ada orang yang ingin menebangnya, dan mereka tidak siap menghadapi kedatangan para penebang. Konflik telah menunjukkan kepada mereka pentingnya kewaspadaan dan proaktif dalam melindungi sumber daya alam
Penduduk desa juga menyadari bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan hutan untuk generasi mendatang. Mereka tahu bahwa "Pohon Terakhir" bukan sekadar pohon melainkan simbol identitas dan hubungan mereka dengan alam. Mereka memutuskan untuk menanam pohon baru di sekitar desa, untuk memastikan bahwa hutan akan terus tumbuh subur