Kesehatan Mental Dunia
Kesehatan mental merupakan salah satu bagian dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa. Gangguan mental mencakup berbagai kondisi seperti kecemasan, depresi, gangguan bipolar, autisme (ASD), skizofrenia, dan gangguan makan (Lund et al., 2018). Pada tahun 2019, jumlah individu yang mengalami gangguan mental diperkirakan hampir mencapai 970 juta orang (Ferrari et al., 2022).
Gangguan mental dapat mengganggu aktivitas belajar, pekerjaan, kehidupan sehari-hari, serta dalam kasus yang serius, dapat berujung pada bunuh diri. Selain itu, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Secara global, gangguan mental telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengakibatkan tekanan besar pada tenaga medis serta kerugian ekonomi yang signifikan. Pandemi COVID-19 memperburuk keadaan ini dengan memicu karantina, penurunan ekonomi, pengangguran, dan masalah lain yang secara drastis meningkatkan gangguan kesehatan mental.
Namun, tahukah Anda bahwa makanan yang kita konsumsi berperan penting dalam menjaga kesehatan mental? Koneksi ini tidak dapat dilepaskan dari mikrobiota usus, kumpulan triliunan mikroba yang hidup di saluran pencernaan kita.
Peran Mikrobiota Usus dalam Kesehatan Mental
Secara sederhana, mikrobiota usus, yang terdiri dari bakteri baik, jahat, dan netral, memengaruhi bebrbagai aspek kesehatan kita, termasuk emosi dan fungsi otak. Hubungan ini dijembatan ioleh gut-brain axis, sistem komunikasi dua arah antara usus dan otak yang melibatkan saraf Vagus. Suatu penelitiaan menunjukkan bahwa mikroba usus dapat memengaruhi mood, tingkat kecemasan, bahkan resiko depresi.
Bakter baik membantu mencerna makanan, memperkuat dinding usus, dan menghasilkan senyawa bermanfaat seperti serotonin, neurotransmiter yang dikenal sebagai "Hormon Bahagia". Sebaliknya, dominasi bakter jahat dapat memicu peradangan, merusak dinding usus dan memengaruhi kesehatan mental.
Pola Makan dan Keseimbangan Mikrobiota
Keseimbangan mikrobiota sangat dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. DIet yang kaya serat, sayuran, buah dan makanan fermentasi dapat memperkuat bakteri baik, sementara makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan pengawet memberi ruang bagi bakteri jahat untuk mendominasi. Ketidakseimbangan ini tidak hanyak berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga memperbesar resiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Langkah-Langkah Menuju Kesehatan Mental Melalui Makanan
1. Konsumsi Makanan Fermentasi
Yogurt, kimchi, dan tempe mengandung probiotik yang dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di usus.2. Penuhi Kebutuhan Serat
Sayuran, buah, dan biji-bijian adalah sumbere prebiotik, makanan untuk bakteri baik
3. Kurangi Konsumsi Gula dan Makanan Olahan
Makanan ini dapat mendukung pertumbuhan bakteri jahat dan memicu peradangan
Perkembangan dari Penelitian Mikrobiota
Penelitian mikrobiota terus berkembang, memberikan wawasan baru tentang bagaimana bakteri usus dapat digunakan untuk menangani gangguan kesehatan mental. Salah satu pendekatan yang menjajaikan adalah Fecal Microbiota Transplant (FMT), dimana mikrobiota sehat dari donor ditransfer ke pasien untuk memulihkan keseimbangan usus. Metode ini menunjukkan potensi dalam mengobati berbagai gangguan kesehatan, temasuk depresi.
Jadi, kesehatan mental tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikologis dan lingkungan tetapi juga oleh apa yang kita makan. Dengan menjaga pola makan yang sehat, kita dapat mendukung keseimbangan mikrobiota usus, yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Jadi, mari mulai memprioritaskan makanan sehat sebagai salah satu langkah penting menuju kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI