Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - Pengen Manfaat aje

Aku suka nulis, bagiku penulis dihargai, baik dari pikiran, harapan, jiwa, nurani, serta ide. Segala yg ada dalam tubuh kita, kita sampaikan. Aku nulis dan suka kayak hamka, apalagi bang pi'ie. Nulis, dan terus membela kebenaran. Kayak pendekar dan jago yang membela segala prinsip kebenaran. Celengireng yang berdosa dan banyak nyampah kayak aye juga bisa bergune nih. Celeng yang busuk dan bersiung mampu mengubah keadaan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wahyu Nogo Bumi SandiPati

19 Oktober 2022   19:52 Diperbarui: 19 Oktober 2022   19:53 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan perkiraan, Gatotkaca akan mati karena kesatria titisan Surya yang sakti. Gatotkaca sendiri selalu dilindungi sang Surya. Dan menurut kabar yang terdengar nanti, Gatotkaca harus membalas kebaikan sang Surya dengan mati dan kalah di tangan anak Surya yang menitis ke bumi.
Untuk menghilangkan keresahan Gatotkaca, Arimbi melalui bisikannya menyuruh Gatotkaca pergi ke goa naga bumi. Tempat air keabadian. Hanya petunjuk itu yang didengar oleh Gatotkaca. Dengan selekasya, Gatotkaca pergi ke tempat yang dimaksud.
Di sebuah Goa yang gelap, di dasar bumi yang paling gelap, Gatotkaca harus membuka baju berlambang Surya dan melepas mahkota yang melindunginya serta badong kesaktiannya itu. Gatotkaca menurut apa saran yang di dengarkan olehnya dari Arimbi. Seusai melepas semua baju milik Surya, dia masuk dan memberanikan diri memasuki goa gelap itu. Gatotkaca mandi di air yang putih bening dan tak butek itu. Tetapi beberapa saat seekor ular berwarna biru berenang dan berjalan di bawah air. Gatotkaca mencoba menangkapnya. Dia kemudian merasa ke alam pikiran sendiri, melihat dia berhadapan dengan ular biru itu.
"Gatotkaca, anak Arimbi yang akan menemui mati. Selama ini kau berlindung di bawah Surya, dan kau harus membayar semua itu. Ada kebaikan dan balasan yang diharapkan Surya. Jika nanti tiba saatnya, maka itu semua sudah kehendak maha kuasa."
"Apakah aku tidak salah mendengar semua ini?"
"Kau harus melepas semua bajumu pertanda kau akan pralaya dan mangkat dari dunia ini. Kau mandi di sini, pertanda kau sedang membersihkan dirimu dari semua dosa. Kau akan diberi kekuatan karena mandi di sini. Tetapi ada hal yang tak bisa kau lawan yaitu takdir. Bagian dirimu yang tak terkena air itulah perlambang titik takdirmu."
"Apakah dosa yang kulakukan?"
"Dosa manusia hanya akan mengiringi kematian dan kelemahannya. Dia yang bilamana tubuhnya palingmana memiliki banyak dosa, maka tubuhnya itulah yang menanggung dosa terberat."
"Apakah aku yang selalu sembunyi di bawah kaki ibuku melakukan suatu dosa?"
"Hanya maha kuasa yang tahu. Sebelum manusia terlahir ke dunia, dilengkapi 4 perkara. Takdir kematiannya, agamanya, musibah, rejekinya, serta banyak hal lagi yang tak kau tahu."
"Apakah manusia memiliki pengetahuan tentang takdir?"
"Beberapa dari mereka yang berani melihatnya. Karena mereka adalah orang yang memang sudah dipilih untuk itu."
"Lalu kenapa aku harus mati muda?"
"Mati bukan karena muda atau tua. Kau tak bisa menentukan umur di usia berapa. Kau tak bisa menentukan celaka dan apa penyebab dirimu mendapatkan petaka. Kau tak bisa memintanya dan tak bisa menghentikannya. Semua doamu adalah sia-sia. Atau bisa jadi itu juga jalan garis yang memang sudah tersambung."
"Apakah aku ini seorang yang akan kembali ke tempat yang benar, sedangkan aku sudah menunaikan darma, tapi aku keturunan raksasa dan manusia."
"Kau tidak boleh mengetahui. Usaha dan amalmu bukanlah sebab mendapatkan semua itu. Tetapi amal bisa saja menjadi sebuah pertolongan untukmu nanti."
"Siapakah kamu ini, apakah tempat ini?"
"Aku bernama Naga Bumi. Yang kau pijak ini adalah Ainul Hayat. Barangsiapa meminum airnya akan hidup panjangumur sepanjang umur bumi ini."
"Kalau begitu aku boleh meminumnya?"
"Tidak, kau tak boleh meminumnya. Hanya ada beberapa orang saja. Kau bukan yang dibolehkan."
"Kalau begitu, kau ini siluman?"
"Banyak rahasia penciptaan tentang mahluk dan macamnya yang tidak kamu ketahui. Dan aku tidak termasuk bagian dari yang kau sebutkan."
"Apakah semu hidupku akan Sia-sia?"
"Hidup tidak ada yang sia-sia. Kau akan mengalami kekalahan. Tinggal berapa lama waktu dan penghinaan yang akan kau dapatkan. Kau akan mengalami masa masa dari kehidupan. Tetapi kekalahanmu akan tiba. Kau harus menerimanya bahwa kau mahluk yang biasa dan lemah."
"Kalau begitu, apakah Sang Surya sendiri yang akan mematikanku?"
"Putranya yang bernama Karna. Dia jauh lebih tua darimu. Kau akan mati dengan luka di pusar dan menganga karena kau terlindungi oleh sarung senjata Kunta. Kau tak akan bisa melihat Baratayuda. Karena sehari kau mati saat itu juga."
"Apakah aku tak bisa melawan?"
"Nasihat dan peringatan ini hanya kusampaikan saja. Selebihnya biarlah kamu yang memahaminya."
"Apa tujuan ibuku menyuruhku ke sini?"
"Kamu masih diberi keberuntungan dibolehkan ke sini, sebagai manusia setengah siluman, kau seharusnya tak boleh ke sini. Ibumu menyuruhmu karena ibumu mendapat pesan dari Betara Samudra melalui mimpi."
"Aku merasakan nasib tak berpihak padaku?"
"Karmapala, setiap manusia berkarmapala. Kau harus tahu. Bahwa isi pikiranmu harus dimiskinkan. Sebagaimana kau lahir tak membawa apa-apa. Dan tak berpunya apa-apa. Kau miskin dan sengsara di dunia ini. Begitu pula manusia dikembalikan. Kesombongan di dadamu masih menjadi aib selain ketakutan yang tersembunyi dalam dadamu dan pikiranmu. Maka, selebihnya jalan yang telah ada adalah aturan dan penciptaan."
Selepas itu, Gatotkaca merasa riyep-riyep matanya dan tersadar seperti mimpi sudah berada di tepi lautan. Dia merasakan angin semilir kencang sekali. Tak ada yang bisa menghalau angin itu dan bau asin garam membuatnya tersadar bahwa memang dia telah pergi ke tempat tadi.

2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun