Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - Pengen Manfaat aje

Aku suka nulis, bagiku penulis dihargai, baik dari pikiran, harapan, jiwa, nurani, serta ide. Segala yg ada dalam tubuh kita, kita sampaikan. Aku nulis dan suka kayak hamka, apalagi bang pi'ie. Nulis, dan terus membela kebenaran. Kayak pendekar dan jago yang membela segala prinsip kebenaran. Celengireng yang berdosa dan banyak nyampah kayak aye juga bisa bergune nih. Celeng yang busuk dan bersiung mampu mengubah keadaan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Daya

7 Oktober 2022   14:39 Diperbarui: 7 Oktober 2022   15:04 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum hal itu terjadi, Manggala masih seorang yang biasa saja. Tak kenal itu apa ilmu silat, debus, atau memukul genteng. Tiba-tiba, dia teringat hinaan dari orang-orang, "Woi, pergi yang jauh kencing," ucap orang yang menghina dirinya.
Manggala kemudian terpikirkan tentang dendam yang akan mereka laksanakan pada Manggala. Dia menyusuri gunung, mencari seorang yang bisa mengajarkan dia semacam jurus. Lihatlah, di balik belukar dia temukan orang tua dengan padepokannya yang nampak sepuh. Manggala berniat bertanya tentang apa yang bisa dia pelajari di sana pada orang tua itu.
"Kamu harus membayar panai ilmuku dulu. Baru aku akan memberi kamu ajaran ilmu," ucapnya pada Manggala.
Manggala terpikir, bagaimana mungkin dia bisa berbayarkan uang itu sedang dia orang tak punya harta. Sambil berpikir, dia teringat orang yang dulu pernah kenal dengan Manggala dan malam itu juga orang itu mau membunuh Manggala karena dendam. Tanpa berpikir, karena tak mau ambil resiko Manggala pun belum berkata apapun.
Tetapi malam itu, seusai dia bertemu orang tua di padepokan itu. Dia menemukan surat memecahkan jendela kamar. Berisikan, "Kau harus masuk dan membayar lunas. Kalau kau kebanyakan tanya, maka kau akan aku bunuh dan kuhajar sampai mati."
Surat itu berisi ancaman. Awalnya, Manggala tak menghiraukan. Dia masih berpikir tenang, tapi kemudian malam berikutnya, Manggala bertemukan surat lagi di dekat pintu, "Kucari kau baik dirumah atau dimanapun, sampai ketemu. Ingat!"
Manggala menggigil, dia takut terjadi apa-apa. Dia pun mencuri kerbau ayahnya. Dia jual kerbau itu. Demi untuk membayar panai ilmu yang dia tak tahu.
Manggala bertemu lagi dengan orang tua di padepokan sekitar gunung dan menyerahkan harta yang dia minta.
"Hahahaha, uang ini bagus. Mesti kusimpan. Ayo aku ajarkan sesuatu jurus," ucapnya.
Manggala mau saja dan menurut. Dia pun diajar cara meloncat, berputar. Manggala teringat dia akan diajarkan dan diberikan segala yang dia pinta setelah uang dia bayarkan. Manggala meminta ilmu yang katanya kebal dan sakti, untuk menyembuhkan dirinya yang terluka. Tetapi gelagat pemilik padepokan itu sepertinya berubah, dia seolah tak tahu apa yang Manggala katakan. Lalu menyuruh Manggala menyudahi belajar di tempat itu.
Dengan sedih Manggala merasa dosa besar pada Ayah dan ibunya. Dia merasa ditipu oleh orang tadi dan pulang dengan tangan kosong. Dia kini tahu, kalau sudah dibodohi dan ditipu. Lalu ketika pulang, dia bertemu dengan orang yang dendam padanya.
"Kau akan kuhajar, kau harus mati dasar piya-piya," ucap orang tadi.
Manggala yang tahu dia kena tipu dan tak bisa apa-apa berlari dan tak mungkin melawan orang besar dan kekar itu dengan tubuhnya yang mungil. Manggala berlari dan menyelamatkan diri, sembunyi di balik dedaunan.
Lebih sialnya lagi, Manggala yang meninggalkan desa dan menaruh hati pada Siomei teringat wanita itu lagi. Dia bergegas ke rumah Siomei. Bertemulah dia dengan Siomei dijalan. Tetapi Siomei tak menganggapnya dan meludah ke wajah Manggala. Manggala didorong sampai jatuh dan kini hanya menangis dia. Sungguh kasihan Manggala, setelah ketipu dan berbohong pada ayahnya, ditolak dan dihina Siomei, kini dia harus lagi dituduh pencuri setelah orang-orang berlari dan menganggap Manggala sebagai pencuri karena kepala pencuri yang berambut pendek seperti dirinya. Manggala berlari menghindari lagi. Sungguh kasihan. Beruntungnya dia diselamatkan seorang nenek yang sedang berjualan bubur merah di pasar dan bersembunyi di kaki si nenek memakai penutup kain meja milik si nenek.
Manggala merasa sangat berutang budi dan berterima kasih pada si nenek dan membantu si nenek untuk pertama kalinya. Karena sudah tak punya harapan lagi, dia memelas dan meminta tinggal di rumah nenek itu. Nenek itu mempersilahkan, asal Manggala mau membersihkan rumah si nenek dan makan jangan mendahului si nenek. Tiap hari, rasanya bising di telinga Manggala, semacam mendengar orang yang dia jumapi kemarin mengomongkan dirinya melulu. Manggala mengira itu halusinasi, tetapi dia juga mendengar si nenek mengomongkan dirinya dan mengomel tentang dirinya. Setelah dia makan hanya dengan nasi dan ikan teri, Manggala tak sengaja melihat si nenek yang duduk menjahit baju dan bercakap sendiri mengeluh tentang Manggala. Ternyata apa yang dia dengar itu nyata. Rasanya aneh saja. Saat malam tiba, Manggala tidur dan merasa kepalanya dipukul sesuatu. Dia merasa mungkin terjeduk sesuatu. Laku tidur lagi, setelah beberapa menit kakinya serasa diangkat dan mendengar orang yang pernah mengancam untuk masuk ke perguruan dulu yang dia dengar suaranya. Manggala teringat tentang ilmu raga sukma menembus dimensi yang dikatakan orang tua yang telah menipu dia dulu di perguruan. Katanya dia tak punya ilmu itu. Manggala merasa dibohongi. Dia merasa orang-orang dari perguruan itu menggunakan ilmu dimensi itu untuk menjahili Manggala. Manggala merasa dosa besar pada ayah dan ibunya. Berani mencuri hartanya, membuat tangis orang tuanya, meninggalkan orang tuanya. Dan kini, dia dipasung oleh si nenek karena dianggap gila. Mengomel sendiri dan berperilaku aneh.

2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun