Pasmi yang ikut Santap Malam bertempat tinggal di sebuah lahan dekat persawahan dan susur sungai. Dia kadang pula membantu Santap Malam mencangkul di lahan. Lahan yang ditanam buah salak dan kelapa itu, tiap hari menjadi kerja Pamsi untuk membalas budi Santap Malam.
Siang yang panas dan mentari menyala di wajah, seorang lelaki datang ke gubuk Santap Malam.
"Pasmi, bagaimana kabarmu?"
"bang Kembaro, kau datang ke sini hendak tengok aku?"
"tentulah perasaan aku ini sudah dapat kau tebak."
Semenjak perjodohan di rumah gadang, Pasmi dan Kembaro semakin dekat. Mereka hendak menikah pula.
"Tuanku Rajo Alam, meminta kau datang ke rumahnya."
"Tuan Rajo Alam, hendak apakah, bang?"
"entahlah, aku jua tak paham."
Pasmi segera bergegas pamit meninggalkan Santap Malam bersama kekasihnya ke rumah Rajo Alam.
Di tempat Rajo Alam, lelaki yang dihormati itu menunggu keponakannya dan bersama Pasmi.
"Kembaro, kemarilah, ada yang hendak aku sampaikan kepada kau sebelum menikah. Sudilah kiranya kau kemari."
Kembaro mendekat dan Rajo Alam membalikkan badan. Rajo Alam justru mengelus kepala keponakannya itu dan sambil senyum bahagia. Dia nampak melihat hal bahagia akan datang dari pernikahan keponakan yang dia sayang itu. Dia pun meminta pengawal untuk merayakan pernikahan besok dengan acara sebesar-besarnya. Wajah bahagia dari Pasmi dan Kembaro pun terlihat. Ucapan selamat datang dari mulut Rajo Alam dan sepupu dari Kembaro.
Esok hari, perayaan itu telah tiba. Pernikahan Pasmi dan Kembaro diadakan. Mereka berdua memakai baju adat Minang. Bunyi tambur dan lelaguan mengiringi pengantin itu. Tak lupa mereka meminta restu pada Rajo Alam sebagai wakil kedua orang tua mereka. Mereka menyentuh kaki Rajo Alam dan memeluk Rajo Alam.
"Selamat putraku, selamat hidup berbahagia."
Sebuah pisau karambit kecil tanpa mereka sadari, menusuk ke dada Kembaro. Bercucuran darah dari Kembaro. Pisau itu ditusukkan oleh Rajo Alam sendiri. Tak disangka dia berubah sekian detik setelah membesarkan dan merawat Kembaro.
"hahahaha, dasar, manusia bodoh. Kalau kau hidup, kau hanya akan jadi penghalangku untuk berkuasa. Apalagi dengan wanita ini."
"kau, aku tak menyangka," ucap Kembaro tak menyangka perbuatan Rajo Alam padanya.
"sekarang, matilah kau. Dan kau, wanita biadab. Susul dia ke alam akhirat," ucap Rajo Alam sambil menusukkan senjata pedang dari pasukannya ke Pasmi.
Tetapi Santap Alam menghalangi itu dan memegang tangan dari Rajo Alam. Tetapi, Rajo Alam teramat kuat, Santap Alam dilempar begitu saja sehingga tak berdaya.
" Santap Alam, kau tak apa?"
"tenang, aku bisa bertahan."
Pasmi selamat dari tusukan itu. Dia bergegas melompat. Mengeluarkan pasang pukulan rajah 7.
"kau pikir, hanya kau yang punya pukulan sehebat itu?" ucap Rajo Alam.
Rajo Alam mengeluarkan siap siaga pukulan Lima Jari Maut. Kedua sinar tenaga dalam pukulan saling membentur. Menimbulkan ledakan dan mereka berdua terpental. Rajo Alam mengeluarkan jurus Garuda Mencengkeram Mangsa.
"Rasakan ini, wanita jalang."
Pasmi melompati tendangan udara Rajo Alam dan mengeluarkan jurus Ular Membelit Mangsa. Keduanya sama-sama melakukan gerakan ular melompat. Dengan tendangan T terbang, Pasmi melukai dada Rajo Alam. Tetapi Rajo Alam bangkit lagi. Dia memberikan Pasmi pukulan balik dengan tendangan Singa Memangsa, Tendangan putar ke wajah dan perut Pasmi sungguh telak. Pasmi muntah darah. Berkabur pandang matanya. Ini kesempatan baik untuk Rajo Alam menghabisinya. Dia membuat kepalan tangan ke atas, lalu berubah tangan itu memerah, siap memukulkan tenaga dalam, pukulan Singa Merah. Saat genting itu, Kembaro menyayat dada Rajo Alam dari belakang dengan karambit dan Rajo Alam pun tiada berdaya lagi.
Dengan tertatih, Rajo Alam yang terluka menghampiri istrinya yang juga terluka berat. Mereka berdua di bantu oleh Santap Malam mengalahkan pasukan Rajo Alam dan meninggalkan Rumah Gadang itu.
2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H