Mohon tunggu...
Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi Mohon Tunggu... Penulis - Pengen Manfaat aje

Aku suka nulis, bagiku penulis dihargai, baik dari pikiran, harapan, jiwa, nurani, serta ide. Segala yg ada dalam tubuh kita, kita sampaikan. Aku nulis dan suka kayak hamka, apalagi bang pi'ie. Nulis, dan terus membela kebenaran. Kayak pendekar dan jago yang membela segala prinsip kebenaran. Celengireng yang berdosa dan banyak nyampah kayak aye juga bisa bergune nih. Celeng yang busuk dan bersiung mampu mengubah keadaan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendekar Pacul Sakti Menerima Kutukan

28 Juli 2022   11:18 Diperbarui: 28 Juli 2022   11:22 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pasmi Stress tidur di bawah pisang. Dia bermimpi, bahwa dia sedang kehilangan air dan ikan di tambak. Apa maksud mimpi itu masih menjadi rahasia. Tetapi Pasmi tetap berhati-hati.
Kegelisahan dan keresahan menyelimuti kelabu pikiran dia. Dia melihat sekelebat bayang hitam di belakang.
"Pasmi, Pasmi."
"siapa kau?"
"hihihihi."
Kuntilanak itu tertawa cekakak seperti mau memakan Pasmi. Pasmi bukan tak takut. Walau memang dia sebenarnya pula takut. Dia mengambil senjata pacul Sakti. Dia melempar pacul ke pohon pisang depan muka dia.
Tak ada mahluk apa pun. Yang ada hanya kodok. Tetapi dingin. Suasana seram mencekam.
"Pasmi, hihihihi."
"kurang ajar. Setan laknat."
Dia menampakkan diri di muka Pasmi. Sebagai wanita cantik dan berdaster putih. Badan tinggi besar pula. Pasmi mengambil senjatanya. Dan menyerang hantu itu. Yng diserang pun bisa menghalimun. Nampak, lalu tak nampak. Membingungkan Pasmi.
" kubakar kau dengan rajah."
Hiyaaaahhhh, Pasmi memukulkan pukulan edan itu. Duorrr, pohon pisang terbakar.
"pasmiiii,, tolongggg, aduhhhh, hihihihi."
"rasakan itu setan edan."
"hihihihi, kukutuk kau jadi belang kulitmu macam belalang."
Kutukan itu membuat tubuh Pasmi jadi tk sehat dan belang penyakit. Dia pun sedih. Bagaimana menghadapinya.
"guru, apa yang harus kulakukan untuk menyembuhkan ini guru?"
Suara tanpa rupa menyeringai bagai gema udara.
"tenanglah, ada suatu obat yang bisa dilakukan. Kau harus bertapa di lereng merapi selama 7 hari 7 malam."
"tidak, setan kurang ajar itu memang brengsek. Pacul Sakti...."
Pacul skati pun tak bisa apa-apa dan hanya bisa diam. Pasmi Stress benar telah menjadi stres.

2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun