Dalam keadaan lapar, Fi'ie mengeluh perut dan mencari sungai untuk mencari air minum. Dia berhenti berkuda. Sementara Jihan masih menyusul di belakangnya. Tak jauh dari tepi jalan, dia lihat sungai jernih mengalir deras. Di Mencon tepatnya, dia mengambil air minum dan lekas minum air. Ditemukan juga sebatang pohon jambu yang buahnya berjatuhan. Fi'ie memungut dan memakan dengan terlebih dahulu mengucap permisi.
Fi'ie: assalamualaikum, maaf aku ambil buah yang jatuh dan mengambil air di sungai. Mohon ijin. (dalam batin)
Ada suara menangkap suara batin Fi'ie.
Gembrik: iya, ambil saja tapi jangan banyak-banyak.
Fi'ie makin keheranan.
Gembrik: jangan heran.
Fi'ie: ini manusia atau bukan. (dalam batin)
Gembrik: jelas aku manusia.
Fi'ie: tampilkan wujudmu.
Menampilkan wujudnya yang seram dan penuh amarah.
Fi'ie: rupanya buruk, seperti bukan manusia.
Gembrik: kenapa?
Gembrik mengajak Fi'ie makan bersama dan menikmati tegukan air sungai yang nikmat.
Gembrik memandang Fi'ie.
Fi'ie: ini mungkin siluman atau orang mati. (dalam batin)
Gembrik: jangan banyak omong.
Fi'ie: aku tak berbicara sejak tadi. Kau yang berbicara terus.
Gembrik: aku mendengar batinmu.
Fi'ie: jadi omongan batin kau salahkan, aku juga tak tahu isi batinmu. Kau berbicara apa dalam batin dan memikir apa aku tak tahu. Lalu kau salahkan aku dengan sengaja mencari masalah dengan isi batinku.
Gembrik: iya, sama saja. Kau sombong.
Fi'ie: kamu yang sombong. Hanya karena menguasai ilmu membaca batin dan pikiran kau menyalahkan sesuatu yang tak nyata.
Fi'ie berpikir kalau dia itu siluman.
Gembrik: kini kau malah berpikir kalau aku ini siluman. Memang siluman aku ini, setengah manusia.
Fi'ie: dasar orang gila dan banyak memfitnah orang tak jelas. (dalam batin)
Gembrik: kau malah menghina orang gila.
Gembrik memang orang gila, membaca batin dan menyalahkan orang dengan alasan suara dalam hati dan pikiran orang. Dalam hal ini jelas Fi'ie tak terima jiwanya, sukmanya, pikirannya dijajah orang lain dan ditindas.
Gembrik: ayo tarung!
Fi'ie: dasar iblis jahanam, terkutuk kau jadi babi.
Gembrik lalu jadi babi dan hidup nelangsa.
Bersambung.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H