Mohon tunggu...
muhammad lukman
muhammad lukman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak BBM terhadap Pola Konsumsi

13 November 2022   10:22 Diperbarui: 13 November 2022   10:36 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BBM(bahan bakar miyak) adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari pengilangan (refening) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal. Pemakaian BBM akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia Daryanto dan akan berkurang dari waktu ke waktu sesuai dengan cadangan / persediaan nasional Indonesia kecuali diketemukan sumber cadangan baru ataupun penggunaan energi baru terbarukan.

BBM terbagi menjadi 2 yaitu BBM subsidi dan non subsidi, Harga BBM Bersubsidi di Indonesia adalah harga sama yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan BBM Non-Subsidi adalah BBM yang mana harganya tidak diatur oleh Pemerintah. BBM banyak sekali jenisnya yang sering digunakan dinegara republik indonesia. BBM bensin dibedakan menjadi banyak jenis yaitu premium, pertalite, pertamax,petamax plus.

Kenaikan BBM berpotensi akan meningkatkan angka pengangguran yang tentunya akan menambah tingkat kemiskinan Indonesia. Padahal, per Maret 2022, BPS telah melaporkan adanya penurunan tingkat kemiskinan setelah pandemi. Tingkat kemiskinan per Maret mencapai 9,54% atau 26,16 juta orang.

kenaikan harga BBM terhadap pola konsumsi, Apakah berdampak negative atau positif untuk masyarakat?

 Depok (ANTARA) - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto, Ph.D mengatakan ada dampak positif dan negatif dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah.

"Dampak positifnya adalah sistem keuangan negara akan lebih baik dan berkelanjutan; mendorong masyarakat untuk lebih berhemat dalam mengonsumsi BBM; serta mengurangi polusi udara sebagai upaya menjaga lingkungan yang lebih sehat," kata Teguh Dartanto di kampus UI Depok, Senin. Selain itu, kenaikan BBM juga dapat mendorong lahirnya industri-industri yang ramah lingkungan dan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT). Sedangkan dampak negatif dari kenaikan BBM adalah adanya kenaikan harga sehingga daya beli masyarakat menurun. Menurut Teguh, dengan adanya kenaikan BBM, angka inflasi pasti meningkat namun yang perlu dilakukan adalah bagaimana membuat angka inflasi tidak berlebihan atau dapat terkendali.

Menurut Teguh, adanya konflik Rusia-Ukraina mengakibatkan harga minyak dunia naik cukup drastis, yaitu sekitar 100 dolar AS per barel. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan minyak dari Rusia, sehingga harga minyak dunia semakin naik. Indonesia yang saat ini merupakan net importer minyak, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, harus membeli minyak dari luar negeri seharga minyak dunia, kemudian menjualnya dengan harga rupiah yang ditetapkan pemerintah. Harga jual BBM yang ditetapkan pemerintah ternyata lebih rendah dibandingkan harga beli yang ditetapkan dunia. Hal ini membuat negara harus mengalokasikan anggaran untuk menyubsidi kebutuhan BBM dan menanggung selisih harga tersebut. Subsidi yang diberikan pemerintah untuk BBM cukup besar. Selama kurun waktu lima tahun, pemerintah mengeluarkan anggaran hampir Rp1.300 triliun untuk subsidi. Pada 2020, subsidi energi yang dikeluarkan pemerintah sekitar Rp209 triliun dan kompensasi lainnya sebesar Rp293 triliun. Artinya, total subsidi energi dan kompensasinya yang ditanggung pemerintah pada tahun itu adalah Rp502 triliun.

Namun subsidi BBM justru dinikmati kalangan menengah ke atas. Pemakai Pertalite dan Pertamax adalah mereka yang memiliki kendaraan. Mobil dimiliki oleh golongan menengah ke atas, sedangkan motor dimiliki oleh golongan menengah ke bawah. Hal ini menyalahi konsep atau ide subsidi karena negara seharusnya menanggung subsidi bagi kelompok miskin. Oleh karena itu, subdisi yang ada saat ini kurang tepat sasaran. Pemerintah pun mengubah sistem subdisi ini dari barang ke orang. Subdisi yang awalnya diberikan ke BBM dialihkan ke bantuan langsung dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Kartu Indonesia Pintar. Selain itu, pemerintah menaikkan harga BBM karena sebagian Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dibiayai utang negara. Penggunaan utang negara untuk pemborosan konsumsi energi tentu bukanlah hal yang bijak. Oleh sebab itu, upaya ini dilakukan untuk menjaga angka defisit agar berada di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) demi keberlanjutan keuangan negara yang lebih sehat.

Teguh melihat ada tiga sektor utama yang terdampak dari kenaikan BBM, yaitu transportasi, makanan dan minuman, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pada industri besar, kebutuhan BBM telah menyesuaikan harga dunia sehingga kenaikan harga tidak begitu berdampak. Sementara itu, pada UMKM, seluruh proses mengandalkan subsidi BBM, sehingga kenaikan BBM akan berdampak pada unit transportasi, logistik, makanan dan minuman, serta manufaktur dan produksi.

Menurut saya kenaikan harga bbm akan banyak mempengaruhi kebutuhan sehari hari karna dengan naikknya harga bbm tersebut, rakyat kecil tidak bisa memenuhi kebutuhannya, selain itu juga bisa mempengaruhi kebutuhan sehari hari dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak juga mempengaruhi harga angkutan transportasi, maka sebaiknya pemerintah memikirkan nasib rakyat kecil yang seandainya bbm turun juga harus dibarengi dengan kestabilan dari harga bahan pokok.

Kesimpulannya masyarakat ada yang berpikir positif dan negative, pemerintah harus memikirkan pengaruh dari kenaikan harga BBM ini,karena dampaknya sangat banyak, pemerintah harus meninjau ulang mengenai kebijakan subsidi demi kesejahteraan rakyat. Seharusnya BBM subsidi diprioritaskan untuk rakyat kecil. Jangan sampai dinikmati rakyat menengah ke atas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun