Mohon tunggu...
Muhammad Lukman
Muhammad Lukman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam di Mesir

6 Januari 2023   14:38 Diperbarui: 6 Januari 2023   14:58 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mesir berada di wilayah Afrika Utara. Afrika Utara merupakan wilayah yang sangat penting bagi penyebaran Islam ke daratan Eropa. Kawasan ini menjadi pintu gerbang bagi Islam untuk memasuki wilayah tersebut, yang telah berada dalam kekuasaan Kristen selama berabad-abad, dan juga telah menjadi "benteng" Islam di wilayah ini. Istilah Mesir berasal dari seseorang yang bernama Mishr Ibn Mihsrayim Ibn Ham Ibn Nuh. Mesir memiliki hubungan yang baik dengan Nabi semasa hidupnya. Buktinya adalah istri Rasulullah sendiri, Maria Al-Qibthiyah berasal dari Mesir, dan Rasulullah memiliki anak dari perempuan ini yang bernama Ibrahim.

Mesir ditaklukkan di bawah bimbingan Amru bin Ash ra. Penaklukan Alexandria merupakan tanda bahwa seluruh Mesir berada di tangan kaum Muslimin. Dalam penaklukan, umat Islam tidak punya pilihan lain, kecuali penaklukan Mesir setelah penaklukan Syria dan Palestina. 

Hal ini dilakukan karena kekhawatiran bahwa Romawi yang memerintah Mesir pada saat itu akan merusak stabilitas wilayah Muslim. Mesir jatuh ke tangan Muslim, Amru bin Ash menawarkan penduduknya tiga pilihan: menerima Islam, membayar Jizyah, atau berperang. Dengan tiga pilihan ini, namun mereka lebih memilih untuk berperang. Pada akhirnya, mereka kalah dan harus membayar Jizyah. Belakangan, Islam semakin banyak meraih kemenangan di Mesir setelah menaklukkan kota-kota lain di Mesir. 

Pada masa awal perkembangan Islam, pendidikan Islam belum dilaksanakan secara resmi. Keberlanjutan penyelenggaraan pendidikan Islam dapat dijelaskan secara umum bersifat informal, dalam bentuk upaya penyebaran Dakwah Islam serta penanaman dan penguatan pondasi keimanan dan ibadah Islam. Hal ini mengisyaratkan, bahwa proses pendidikan Islam hanya berlangsung di rumah sahabat yang dikenal dengan Dar al-Arqam. Setelahnya proses pendidikan Islam dilakukan di masjid-masjid. Proses pendidikan di dua lokasi ini berlangsung di halaqah, yang disebut learning circle yang kemudian berkembang menjadi madrasah. 

Sebelum abad ke-19, sistem pendidikan tradisional diatur oleh pemimpin dan pemuka agama di Mesir. Setelah Revolusi 1919 dan kemerdekaan Mesir pada tahun 1922, babak baru pendidikan Islam Mesir dimulai. 

Pendidikan dikelola atau dikendalikan oleh Menteri Pendidikan, lebih luas oleh dewan-dewan provinsi. Sementara itu, di desa-desa diselenggarakan lembaga pendidikan untuk anak-anak yang berfokus pada membaca dan menulis bahasa Arab, belajar matematika, dan belajar ayat-ayat firman Allah dalam al-kitab (Injil) dan firman Allah dalam al-Quran. Lembaga ini dikenal dengan nama Kuttab. Goldziher menerjemahkan kata kuttab dengan maktab dengan elementry school yang bertujuan untuk memberikan pendidikan tingkat pertama kepada anak didik. 

Peraturan tentang sistem pendidikan pemerintahan Mesir dimonitoring dan dievaluasi oleh kementrian pendidikan. Sistem pendidikan yang berlaku di pemerintahan Mesir pada akhirnya beragam. Sistem pendidikan sekuler berbentuk pendidikan untuk publik sementara sistem pendidikan Islam dikelola oleh Universitas al-Azhar yaitu pendidikan privat ditambah dengan keberadaan para pendatang dari negara luar untuk menimba ilmu di Mesir.

Dengan berdirinya sekolah-sekolah dasar dan menengah, kebutuhan akan guru yang berkualitas menjadi keharusan, maka dibuka sebuah pusat pelatihan untuk mendidik guru-guru yang diberi nama Dar-Al-Ulum. Lembaga ini sibuk melatih guru fisika, geometri, ilmu bumi, sejarah, dan khat (tulisan indah). Selain itu, guru perlu dilatih dalam bidang studi yang diajarkan di al-Azhar, seperti al-Qur'an, juru tafsir, hadits, fiqih, dan bahasa Arab. Dar al-Ulum berusaha menghubungkan bidang studi agama dengan bidang penelitian umum. 

Konsistensi pemerintah Mesir juga terlihat dari keseriusannya dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi baik di bidang universitas maupun non-universitas. Pendidikan tinggi terdiri dari pendidikan umum dan pendidikan al-Azhar. Pendidikan tinggi non-universitas pemerintah Mesir secara konsisten disediakan di fakultas dan institut. Pendidikan dirancang untuk mempersiapkan peserta didik untuk bekerja menjadi inovator di negaranya masing-masing dan meningkatkan kualitas ilmu keislaman. 

Hingga saat ini, Mesir memiliki 19 Universitas, dari 19 Universitas 4 di antaranya yang paling banyak di Masuki oleh Mahasiswa Indonesia yaitu AlAzhar, Universitas Kairo, Institut Riset dan Studi Studi Arab, studi-studi Islam Zamalik, institut 3 akademi, 5 institut program pascasarjana, 11 sekolah tinggi negeri, 43 perguruan tinggi swasta dan 4 institut teknik. 

Untuk memajukan pendidikan di Mesir, pemerintah bekerja sama dalam berbagai bentuk dukungan untuk memfasilitasi akses pendidikan bagi rakyat Mesir. Berbagai jenis dukungan yang tersedia termasuk dukungan dari lembaga pendidikan yang berfokus pada mendukung pendidikan dasar, seperti Bank Dunia dan USAID. Bantuan dialokasikan untuk anak-anak, lebih dari 90% di antaranya tidak ingin bersekolah di sekolah dasar. Bank Dunia juga menawarkan investasi pendidikan dalam teknologi pengembangan pendidikan. Berbeda dengan bantuan yang diberikan oleh UNICEF, bantuan yang diberikan berfokus pada pemberdayaan perempuan. Sementara Pemerintahan Jepang khusus pada keahlian konstruksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun