Mohon tunggu...
Muhammad Lufpi Firdaus
Muhammad Lufpi Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta

Hobi sekarang adalah berolahraga seperti gym dan lari. Selain itu juga saya suka membaca baik itu buku maupun artikel untuk menambah wawasan dan juga saya suka dalam hal editing baik itu foto, video, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Perang Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan

18 Oktober 2023   01:27 Diperbarui: 18 Oktober 2023   01:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perang Vietnam berlangsung dari 1 November 1955 sampai 30 April 1975. Selama dua dekade ini, telah memakan banyak korban jiwa mulai dari masyarakat Vietnam maupun tentara dari luar negeri seperti Amerika Serikat. Perang Vietnam adalah perang saudara antara Repubik Vietnam (Vietnam Selatan) dengan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Pada dulunya Vietnam menjadi daerah jajahan Perancis yang akhirnya bisa mengusir Perancis yang membuat kosongnya kekuasaan di Vietnam. Dengan begitu para nasionalis Vietnam mendeklarasikan kemerdekaannya pada 2 September 1945. Tetapi Perancis kembali datang untuk menjajah Vietnam kembali yang membuat pecahnya Perang Indochina Pertama. Dan ini berakhir dengan Perjanjian Jenewa pada 21 Juli 1954 yang membuat Vietnam terbagi menjadi dua kubu.

Vietnam Utara yang dikuasai oleh Ho Chi Minh dengan ibu kotanya yaitu Hanoi, dan Vietnam Selatan yang dikuasai oleh Kaisar Bao Dai dan PM Ngo Dinh Diem dengan ibu kota di Sagion. Mengapa Vietnam terbagi menjadi dua akibat perbedaannya ideologis antar keduanya yang mana Vietnam Utara dengan ideologi komunis dan Vietnam Selatan dengan ideologi yang ingin membangun negara dengan gaya barat.

Hal inilah yang memicu peperangan antar kedua kubu yang saling di support oleh negara-negara besar untuk saling merebutkan wilayahnya. Vietnam Selatan yang di bantu oleh Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, Australia, Spanyol dan lainnya berperang dengan Vietnam Utara yang di bantu oleh Uni Soviet, China, Mongolia, dan lain sebagainya. Tetapi hanya AS yang memberikan bantuan berupa tentara yang bersedia untuk Vietnam Selatan merdeka, sisa negara hanya melakukan bantuan berupa persenjataan, uang, dan lainnya. Organisasi militer yang terlibat dalam perang adalah Tentara Republik Vietnam (ARVN) dan militer AS, sedangkan dari sisi satunya adalah Tentara Rakyat Vietnam (PAVN) dan Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan (NLF), serta pasukan gerilya komunis Vietnam Selatan.

Dengan menggunakan teori Realisme bisa kita ketahui bahwa negara-negara besar seperti Amerika dengan Uni Soviet menggunakan Vietnam sebagai boneka untuk memperluas ideologi yang mereka punya. AS dan Uni Soviet berpendapat bahwa Vietnam merupakan negara yang strategis dan memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara. Di satu sisi AS membantu Vietnam dengan berbagai perlengkapan senjata dan juga tambahan pasukan tentara untuk memenangkan peperangan. Dari pihak sebelah Uni Soviet memberikan bantuan berupa perlengkapan senjata dan juga ilmu taktik perang kepada Vietnam Utara. Dalam pandangan realisme AS dan Uni Soviet menghalalkan segala cara untuk memenangi perang ideologi tanpa melakukan perang secara langsung dengan menggunakan Vietnam Selatan dan Utara sebagai perang langsung yang bisa dianggap sebagai perantara.

Dari hal tersebut bisa di ketahui bahwa Vietnam digunakan sebagai perantara AS dengan Uni Soviet untuk memperluas pengaruh dan ideologinya serta untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya. AS dan Uni Soviet melakukan berbagai cara atau menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan nasional. Vietnam Utara dan Vietnam Selatan saling didukung oleh negara besar terus berjuang untuk melawan ideologi yang berlawanan pada satu daerah yang sama. Hal ini menjadikan bahwa AS dan Uni Soviet berperang secara tidak langsung dikarenakan jika mereka melakukan perang secara langsung mungkin saja akan terjadi Perang Dunia Ketiga dikarenakan mereka adalah kekuatan tersebar pada saat itu.

Dalam pandangan Neo-Realisme yang terbagi menjadi 2 struktural yaitu Defensive Structural Realism dan Offensive Structural Realism. Pada teori tersebut, negara cenderung melakukan tindakan defensif atau ofensif tergantung dengan kekuatan mereka dalam sistem internasional. Dalam hal tersebut, Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan memiliki sifat yang berbeda dalam menghadapi kekuatan militer musuh.

Vietnam Utara lebih bersikap defensif dikarenakan mereka memiliki kekuatan militer yang tidak terlalu kuat dibandingkan kekuatan musuh yang bahkan memiliki pasukan tambahan dari AS. Oleh karena itu, Vietnam Utara berfokus pada taktik dan strategi seperti menghindari pertempuran langsung dan memanfaatkan secara penuh taktik dari Perang Gerilya. Taktik Perang Gerilya adalah taktik perang yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang-orang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan penuh dengan kecepatan. Selain itu Vietnam juga memanfaatkan wilayah mereka yang sulit dijangkau oleh pasukan musuh agar terhindar dari serangan langsung yang membuat mereka lebih diuntungkan karena mereka lebih memahami struktur wilayahnya dibandingkan pasukan musuh. Disini Vietnam Utara bersikap untuk melakukan penyeimbangan kekuatan demi mempertahankan keamanannya.

Berbanding terbalik dengan Vietnam Selatan yang bersikap ofensif dikarenakann adanya dukungan penuh dari Amerika Serikat pada saat itu. Dengan begitu kekuatan militernya sangatlah kuat dibandingkan dengan kekuatan militer musuh. Oleh karena itu, Vietnam Selatan dengan pede untuk melakukan serangan secara langsung untuk mengalahkan Vietnam Utara. Dalam hal tersebut, Vietnam Selatan berpandangan untuk melakukan ekspansi militer ke Vietnam Utara demi menjaga keamanannya. Dengan begitu Vietnam Utara berusaha untuk memaksimalkan kekuatannya dan berusaha juga untuk menjajah secara langsung daerah yang di pegang oleh Vietnam Utara.

Dalam pandangan teori Neo-Realisme structural, Vietnam Utara lebih bersikap defensif untuk menjaga keamanannya dan Vietnam Selatan bersikap ofensif demi menjaga keamanannya juga tetapi dengan cara memaksimalkan kekuatannya. Perang tersebut berlangsung selama dua dekade yang dimenangi oleh Vietnam Utara dikarenakan AS yang mulai dikecam oleh seluruh dunia membuat Amerika Serikat tidak bisa lagi membantu Vietnam Selatan dan melakukan perjanjian perdamaian dengan Vietnam Utara pada tahun 1973. Tetapi peperangan tetap berlangsung sampai pada tahun 1975. Sebenarnya peperangan ini lebih terpaku kepada negara Amerika Serikat yang berperang dengan Vietnam Utara yang sekarang menjadi negara Vietnam yang utuh setelah mengalahkan Vietnam Selatan. Tetapi di sini, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dijadikan boneka oleh kedua negara besar demi memperluas ideologinya dan menjaga kepentingan nasional mereka.

Perang ini memakan banyak sekali korban jiwa yang diperkirakan sekitar lebih dari tiga juta jiwa yang tewas pada peperangan tersebut, termasuk lebih dari 58.000 tentara Amerika dan lebih dari dua juta korbannya dari warga Vietnam. Selain itu terdapat tiga juta jiwa yang mengalami luka-luka dan 12 juta lebih penduduk yang terpaksa mengungsi akibat peperangan. Setelah perang Vietnam Utara dan Vietnam Selatan akhirnya bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun