Berbicara tentang kemerdekaan Indonesia, nampaknya tidak lepas dari  peranan Nahdlatul Ulama sebagai salah satu aktor penting dalam proses berdirinya negara ini, Nahdlatul Ulama (NU) yang hampir memiliki jumlah anggota total 50% dari jumlah keseluruhan umat muslim di Indonesia,merupakan sebuah (jam'iyah diniyyah) organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di Dunia. begitulah pendapat menurut Ayzumardi Azra (2002) dalam Mujamil (2002).
Di sisi lain, latar belakang berdirinnya organisasi ini juga merupakan kelanjutan dari kapal pergerakan 3 tiga pilar penyangga utama yang sebelumya telah didirikan oleh para pendiri-pendiri NU , yakni Nahdlatul Wathan pada tahun 1914, Tashwirul Afkar pada tahun 1918, dan Nahdlatut Tujjar tahun 1924. Organisasi-organisasi tersebut selaras dengan tujuan utama Nahdlatul Ulama yang didirikan  guna menjawab segala tantangan zaman yang menjadi penghalang dalam mewujudkan serta mempertahankan eksistensi ajaran agama Islam di Nusantara.
Sebagai pelajar NU, Tentu saja trilogi belajar, berjuang dan bertaqwa telah menjadi motto dan landasan dalam pengabdian di organisasi, namun jika bicara perihal kemerdekaan, sepatutnya sebagai pelajar NU kita mampu memaknai hakikat kemerdekaan dalam konteks implementasi trilogi tersebut.
Berjalan ke belakang, belajar memaknai kemerdekaan dari kisah sukses Nabi Kita Baginda Muhammad SAW dalam mengemban misi profetiknya di muka bumi, menjadi sumber ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan secara lebih holistik dan integral. Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi dan kezaliman sosial.
Merujuk pada hal tersebut, selayaknya bahwa spirit Belajar haruslah terus dikobarkan guna mewarisi estafet api Jihad yang telah dilakukan oleh baginda Nabi Muhammad SAW dalam rangkah memerangi kebodohan di muka bumi ini. Tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk masyarakat lain secara umum, Tentunya kontekstualisasi dan aktualisasinya haruslah sesuai dengan tantangan zaman pada hari ini, dilakukan secara Istiqomah dan sunguh-sungguh sebagai aktualisasi nyata dari konsep Berjuang, serta diyakini, dilakukan dan direnungkan sebagai muhasabah diri dalam menggapai titik ketaqwaan yang lebih kepada Allah SWT.
Sehingga pada akhirnya, memaknai kemerdekaan bagi pelajar NU adalah dengan benar-benar mengimplementasikan motto trilogi Belajar, Berjuang dan Bertaqwa agar tidak hanya menjadi semboyan dalam agenda-agenda formal maupun non formal saja, tidak hanya dimaknai secara tekstual, namun mampu diimplementasikan secara konstektual dan aktual sebagai misi Tauhid dari Allah guna memerdekakan dan membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan manusia atas manusia yang lain seperti kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan, serta kesengsaraan hidup. Al-Qur'an menegaskan: "(Inilah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang-benderang dengan izin Tuhan mereka". (Q.S. Ibrahim: 1).
semoga bersama rahmat Allah yang begitu indah di hari kemerdekaan kali ini, kita semua slalu senantiasa dalam lindungan-Nya agar mampu slalu beramal sholeh serta mengisi nikmat kemerdekaan dengan sebaik mungkin.
Ujungpangkah - Gresik, 17 Agustus 2021/8 Muharram 1443 H.
Muhammad Kholilullah (IPNU Ujungpangkah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H