Mohon tunggu...
Muhammad KhobirAbimanyu
Muhammad KhobirAbimanyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

hobi fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Hal yang Dapat Membantu Kita Menciptakan Tatanan Masyarakat Sesuai Syariat Islam

25 Juli 2022   00:57 Diperbarui: 25 Juli 2022   01:12 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mereka beramar ma'ruf dan nahi munkar, melakukan segala bentuk kebaikan dan kemuliaan, keutamaan akhlaq, semua dengan niat ikhlas karena Allah, bertaubat dan bertawakal kepada-Nya, takut menghadapi ancaman-Nya dan mengharap rahmat-Nya. Memuliakan syiar-syiarNya, senang untuk memperoleh ridhaNya, menghindari murka-Nya, dan lain-lain dari nilai-nilai Rabbaniyah yang telah banyak dilupakan oleh manusia. 

Ketika kita berbicara tentang akhlaq, maka bukanlah akhlaq itu hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia saja, akan tetapi ia mencakup hubungan manusia dengan penciptannya juga. Dalam menjalin hubungan antara individu satu dengan individu yang lain perlu adanya perilaku yang membuat hubungan tersebut menjadi harmonis. Hubungan yang mampu menjadikan individu yang ada didalam masyarakat merasa tenteram, tidak ada yang membuat resah. 

Akhlak islami mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan hubungan tersebut. Akhlak islami bisa kita lihat dari tiap-tiap individu dengan melihat perilaku kesehariannya. Perilaku yang merupakan spontan tanpa ada rekayasa atau dengan dibuat-buat.

Kita banyak mendapatkan teori tentang akhlak islam, baik pelajaran agama disekolah, pengajian dimasjid, dan masih banyak lagi. Tapi ketika ilmu yang kita dapatkan tadi tanpa ada realisasi maka akhlak islami tersebut tidak akan muncul dalam diri kita. 

Akhlak islami banyak didapatkan ketika kita berinteraksi dengan masyarakat. Dekat dengan orang sholeh, agar kita bisa belajar akhlak islam yang mulia. Sebagai perumpamaan, apabila kita dekat dengan penjual minyak wangi maka kita akan tertular bau wangi. Begitu juga kita ketika dekat dengan kebaikan maka akan tertular juga dengan hal yang baik.

Surat An Nahl ayat 90 menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang dapat membantu kita menciptakan tatanan masyarakat yang baik serta tiga hal yang dapat merusak tatanan masyarakat. Pertama, Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu berlaku adil kepada siapa saja. Adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Prinsip keadilan menjadi prinsip pertama dalam membentuk tatanan masyarakat yang baik. Islam mengajarkan bahwa kita mesti berlaku adil terhadap siapa saja dan kapan saja tanpa membeda-bedakan sesorang berdasarkan agama, status sosial, suku dan lain sebagainya. 

Adil juga bermakna seimbang dalam seluruh aspek kehidupan. Rasulullah SAW berpesan,"Wahai sahabatku, sesungguhnya badanmu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, demikian pula keluargamu memiliki hak atas dirimu, demikian pula tamumu memiliki hak atasmu."

Prinsip kedua adalah ihsan. Ihsan bermakna melakukan sesuatu yang paling baik dan memiliki makna yang lebih tinggi daripada keadilan. Misalnya, ketika kita ditampar oleh seseorang sebanyak satu kali, maka kita diizinkan untuk membalas tamparan tersebut sebanyak satu kali juga dan itu bermakna adil. Akan tetapi, jika kita tidak membalas dan memberi maaf, maka itulah yang disebut sebagai ihsan. Orang yang berhasil berbuat ihsan dinamakan orang yang muhsin. 

Nabi Muhammad ketika pamannya Hamzah mati syahid saat perang dan melihat Hindun membelah dada Hamzah kemudian memakan hatinya, Nabi bersumpah bahwa beliau akan membalas kekejaman yang dilakukan oleh Hindun lebih kejam dari yang pernah dilakukan, sehingga tidak ada satu pun manusia yang bisa membayangkan kekejaman yang akan dilakukan oleh nabi. Pada saat itu Allah mengatakan bahwa jika nabi ingin membalas maka balaslah sesuai perbuatan yang dilakukan, tetapi jika nabi memaafkan, maka itulah yang lebih baik.

Coba kita lihat bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika menyuapi wanita tua yang buta beragama Yahudi di sebuah sudut pasar. Setiap nabi menyuapi wanita tua tersebut selalu cacian dan makian kepada Nabi Muhammad yang keluar dari mulutnya. Namun, Nabi Muhammad tidak pernah membalas cacian dan makian tersebut dan tetap menyuapi wanita tua yang buta dengan baik dan makanannya dihaluskan agar terasa lezat di lidahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun