Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U17 dan Tembok Korea Utara, Strategi Filanesia Menuju Final

13 April 2025   14:24 Diperbarui: 13 April 2025   14:24 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten Timnas U17, Putu Panji berebut bola dengan striker Korea Selatan (Sumber: bolasport.com)

Langkah Timnas U-17 Indonesia menembus semifinal Piala Asia U-17 tahun 2025, merupakan momen penting dalam sejarah sepak bola usia muda Indonesia. Setelah menyapu bersih fase grup dengan kemenangan 1-0 atas Korea Selatan, 4-1 atas Yaman, dan 2-0 atas Afghanistan, kini tantangan berat menanti di King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah. Garuda muda menghadapi tembok pertahanan Korea Utara yang dikenal kokoh dan disiplin.

Namun, jika ada satu hal yang telah dibuktikan oleh pasukan muda Garuda, itu adalah mental baja dan stamina juara. Nova Arianto sebagai pelatih kepala memahami benar filosofi sepak bola modern Indonesia, Filosofi Sepak Bola Indonesia (FilaNesia), yang mengedepankan keseimbangan antara attacking, transition, dan defending. Dalam konteks itulah, laga kontra Korea Utara nanti bisa menjadi ujian sesungguhnya dari implementasi FilaNesia dalam atmosfer pertandingan berintensitas tinggi.

Kemenangan atas Korea Selatan dengan skor 1-0 bukan hanya kejutan, tapi sinyal bahwa secara teknis, taktis, dan mental, Timnas U-17 telah bertransformasi menjadi tim berkarakter. Disiplin Korea Selatan yang seringkali menjadi momok tim Asia Tenggara berhasil dipatahkan oleh kolektivitas permainan dan semangat juang anak-anak muda Indonesia. Mentalitas ini akan menjadi senjata utama menghadapi Korea Utara.

Secara historis, tim-tim dari negara komunis Asia seperti Korea Utara terkenal dengan karakter permainan yang keras, disiplin, dan mengandalkan pressing ketat serta long-range shooting. Ini membuat lini pertahanan Indonesia harus sangat fokus, terutama mengantisipasi serangan dari lini kedua dan tembakan jarak jauh. Namun di sisi lain, ini juga menyisakan celah jika mampu melewati tekanan lini tengah mereka.

Garuda Muda bukan sekadar tim, tapi cermin semangat bangsa. Tanpa banyak naturalisasi, mereka buktikan bahwa kerja keras, strategi jitu, dan mental baja bisa menembus tembok sekuat apapun, termasuk pertahanan Korea Utara. Inilah wajah baru sepak bola Indonesia! 

Dalam hal ini, Zahaby Gholy akan memegang peranan penting sebagai pengatur ritme. Gholy adalah pemain yang mampu mengontrol tempo, memiliki visi bermain tajam, dan eksekusi operan yang efektif. Ia akan menjadi "metronom" serangan, sembari bertugas memotong sirkulasi bola lawan saat transisi terjadi. Di sinilah prinsip FilaNesia tentang transisi cepat dari bertahan ke menyerang harus dijalankan dengan presisi.

Tidak kalah pentingnya adalah Mierza Fijatullah yang tampil konsisten dalam menciptakan peluang dan mengkonversi menjadi gol. Mierza punya positioning yang cerdas dan insting mengumpan asis untuk tercetaknya gol di momen-momen genting. Melawan pertahanan rapat Korea Utara, ia bisa menjadi solusi melalui second-ball, cutback, atau diagonal runs ke area blind side bek lawan.

Nama Mathew Baker Sitorus juga mencuri perhatian sebagai satu-satunya pemain blasteran yang memperkuat Timnas U-17 kali ini. Dengan postur dan athleticism khas Australia, serta etos kerja yang kuat, Baker menjadi jangkar yang sangat solid di lini belakang. Ia bukan hanya tangguh dalam duel satu lawan satu, tetapi juga tenang saat mendistribusikan bola. Suatu hal krusial dalam fase defending to attacking transition.

Pertandingan terakhir melawan Afghanistan membuktikan kedalaman skuad Timnas U-17. Nova Arianto menurunkan banyak pemain lapis dua, namun performa tim tetap prima. Ini bukan hanya soal rotasi, tetapi pengelolaan fisik yang cermat. Hal ini perlu diyakini, dari sisi sports science, pengaturan beban latihan dan pemulihan pemain dilakukan dengan metode periodisasi yang modern. Hal inilah yang menjadi pembeda dibanding tim-tim Asia lainnya.

Secara data, Indonesia mencetak tujuh gol dan hanya kebobolan satu dalam tiga laga. Sementara Korea Utara cenderung bermain cautious dan menang tipis. Ini menjadi bukti bahwa Timnas Indonesia lebih eksplosif dalam menyerang dan lebih rapi dalam bertahan. Dalam istilah FilaNesia, ini menunjukkan keberhasilan mengelola tiga fase utama permainan secara proporsional.

Taktik menyerang Indonesia seringkali diawali dari sisi sayap dengan kombinasi overlap, cut inside, dan early cross. Evandra Florasta menjadi sosok vital dalam pergerakan sayap yang lincah dan tak terduga. Kombinasi dia bersama Gholy, Mierza, dan Fadly Alberto  bisa memecah blok pertahanan Korea Utara yang biasanya bermain deep block 5-3-2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun