Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Membaca dunia adalah membuka cakrawala pengetahuan, dan melalui hobi menulis, kita menorehkan jejak pemikiran agar dunia pun membaca kita.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Perburuan: Cinta, Pengkhianatan, dan Harapan di Tengah Kekalahan

2 Februari 2025   14:10 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:10 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Perburuan dan wajah Pramoedya Ananta Toer (Sumber: wowkeren.com)

Karya Pramoedya Ananta Toer selalu menampilkan lanskap historis yang tidak hanya merekam peristiwa, tetapi juga menggugah kesadaran. Perburuan, novel yang memenangkan sayembara Balai Pustaka pada 1949 dan pertama kali diterbitkan pada 1950, adalah salah satu contohnya. Sebuah novel yang menggambarkan kejatuhan Jepang di Indonesia, di mana para kombatan dan rakyat yang tertindas berusaha meraih kembali kehidupan mereka. Namun, lebih dari itu, Perburuan adalah kisah tentang cinta, harapan, dan ironi pengkhianatan yang justru datang dari lingkaran terdekat.

Hardo, sang protagonis, adalah seorang tentara PETA yang terlibat dalam pemberontakan melawan Jepang. Ketika pemberontakan gagal, ia menjadi buronan. Dalam pelariannya, Hardo tetap menyimpan harapan, yaitu harapan bahwa Jepang akan kalah, bahwa Indonesia akan merdeka, dan bahwa ia bisa kembali kepada kehidupan semula, menemui Ningsih, kekasihnya, beserta keluarganya. Harapan akan cinta adalah sesuatu yang tetap ia pegang erat, meski kondisi di sekitarnya semakin menekan dan mengisyaratkan kehancuran.

Namun, harapan itu tidak hanya berkaitan dengan cinta, tetapi juga dengan kebebasan dan kemerdekaan yang tampak semakin dekat. Hardo percaya bahwa setelah Jepang pergi, kehidupan akan lebih baik. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam novel ini, realitas tidak sesederhana itu. Harapan tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan, terutama dalam dunia politik dan kekuasaan.

Salah satu ironi terbesar dalam Perburuan adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat. Hardo dikhianati oleh kawan seperjuangannya sendiri. Ini adalah refleksi dari sebuah kenyataan pahit bahwa perjuangan sering kali dirusak bukan oleh musuh yang nyata, tetapi oleh pengkhianatan dari mereka yang seharusnya berada di pihak yang sama.

Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam sejarah masa lalu, tetapi juga dalam konteks politik Indonesia masa kini. Pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi, pergeseran ideologi demi kepentingan pribadi, serta permainan politik yang mengkhianati rakyat adalah cerminan dari apa yang dialami Hardo. Kekuasaan sering kali lebih berbahaya ketika dipegang oleh mereka yang berada dalam lingkaran terdekat daripada oleh musuh yang nyata.

Kisah Hardo adalah kisah perburuan yang lebih dari sekadar pelarian fisik. Ia adalah metafora bagi individu-individu yang terjebak dalam kekuasaan yang menekan. Seperti binatang buruan, ia terus dikejar tanpa kepastian akan keselamatan. Bayangan eksekusi mati atau penjara selalu mengintai. Novel ini menunjukkan bahwa kebebasan tidak mudah didapat, bahkan ketika tirani tampak telah runtuh.

Dalam politik modern, kita pun masih menyaksikan bagaimana individu-individu yang mencoba melawan sistem yang korup atau tidak adil sering kali menjadi buruan. Mereka diserang, difitnah, bahkan dipenjarakan. Apa yang dialami Hardo lebih dari sekadar kisah di masa lalu; ini adalah kenyataan yang masih relevan dalam banyak aspek kehidupan politik Indonesia.

Perburuan bukan hanya kisah tentang seorang tentara PETA yang melarikan diri. Ia adalah refleksi dari harapan yang sering kali pupus, dari pengkhianatan yang datang dari orang terdekat, dan dari ketakutan yang terus membayangi mereka yang berusaha melawan. Novel ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap kekuasaan, selalu ada ancaman dari dalam yang lebih berbahaya daripada musuh yang nyata. Dan bagi mereka yang berani menentang, harga yang harus dibayar bisa sangat mahal.

Di tengah dinamika politik Indonesia saat ini, Perburuan tetap relevan. Ia mengajarkan bahwa kebebasan tidak diberikan begitu saja, tetapi harus diperjuangkan dengan penuh kesadaran bahwa ancaman terbesar bisa datang dari mereka yang paling dekat. Dalam cinta dan perjuangan, seperti yang dialami Hardo, harapan adalah satu-satunya yang tetap menyala meski dalam perburuan yang tak kunjung usai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun