Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Membaca dunia adalah membuka cakrawala pengetahuan, dan melalui hobi menulis, kita menorehkan jejak pemikiran agar dunia pun membaca kita.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pasar Imlek Semawis, Napak Tilas Sejarah dan Warisan Budaya Pecinan Semarang

29 Januari 2025   14:52 Diperbarui: 29 Januari 2025   14:52 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Imlek 2576 Kongzili sebagai tahun ular tanah (Sumber: suaramuda.net)

Setiap tahun menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, kawasan Pecinan Semarang berubah menjadi pusat kemeriahan yang penuh warna. Pasar Imlek Semawis (PIS), yang pertama kali diadakan pada 2004, kini menjadi ikon wisata budaya dan kuliner di Semarang. Nama Semawis sendiri berasal dari bahasa Jawa halus atau kromo inggil untuk menyebut Semarang, yang kemudian menjadi trademark pariwisata kota ini. Lebih dari sekadar pasar malam, Pasar Semawis adalah simbol akulturasi budaya yang telah berakar kuat selama berabad-abad di Semarang.

Kisah Pecinan Semarang tidak bisa dilepaskan dari jejak sejarah Laksamana Cheng Ho atau Sam Poo Kong. Kedatangannya di Semarang sekitar 600 tahun lalu tidak hanya meninggalkan jejak fisik berupa Kelenteng Sam Poo Kong, tetapi juga menjadi titik awal berkembangnya komunitas Tionghoa di Semarang. Seiring waktu, kawasan Pecinan berkembang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan, yang kini menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata Semarang.

Pecinan Semarang sendiri memiliki sepuluh kelenteng besar yang menjadi pusat kehidupan religius dan budaya, seperti Hoo Hok Bio, Siu Hok Bio, Tong Pek Bio, Liong Tek Hay Bio, Hok Bio, Tay Kak Sie, Kong Tik Soe, See Hoo Kong, Wie Wie Kiong, dan Kelenteng Grajen. Keberadaan kelenteng-kelenteng ini mencerminkan perjalanan panjang akulturasi dan keberagaman di Semarang, yang tetap terjaga hingga kini.

Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok Pecinan Semarang (Sumber: seputarsemarang.com)
Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok Pecinan Semarang (Sumber: seputarsemarang.com)

Pasar Imlek Semawis tidak hanya menjadi ajang perayaan Imlek bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga menjadi ruang interaksi bagi lintas agama dan budaya. Suasana pasar yang dipenuhi lampion merah, atraksi barongsai, wayang potehi, serta berbagai pertunjukan seni tradisional menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan dari berbagai latar belakang dapat menikmati atmosfer khas yang mengingatkan pada suasana Pecinan tempo dulu.

Namun, daya tarik utama Pasar Semawis adalah keberagaman kuliner yang ditawarkan. Dari lumpia Semarang, bakmi, nasi ayam Hainan, hingga aneka jajanan khas Tionghoa dan peranakan Jawa, semua tersedia di sini. Pasar ini menjadi surga bagi para pencinta kuliner yang ingin merasakan cita rasa autentik khas Pecinan Semarang.

Keberadaan Pasar Imlek Semawis juga berperan dalam menghidupkan kembali kawasan sebelah barat Sungai Semarang, yang selama ini kurang mendapat perhatian dibandingkan sisi timurnya yang dikenal sebagai Kota Lama. Dengan semakin populernya Pasar Semawis, geliat ekonomi kawasan ini meningkat pesat, menarik banyak pengunjung dan wisatawan setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya yang lestari dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal.

Sebagai bagian dari warisan budaya Semarang, Pasar Imlek Semawis memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Upaya pelestarian dan pengembangan yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas lokal, pemerintah, hingga para pelaku wisata, sangat dibutuhkan agar pasar ini tetap menjadi destinasi unggulan. Dengan mengedepankan konsep keberlanjutan dan inovasi dalam penyelenggaraannya, Pasar Semawis dapat terus menjadi simbol kebersamaan dan harmoni budaya di Semarang.

Pasar Imlek Semawis bukan sekadar tempat berdagang, tetapi juga cerminan sejarah panjang Semarang sebagai kota multikultural. Dari generasi ke generasi, pasar ini menjadi saksi bagaimana budaya Tionghoa, Jawa, dan berbagai elemen lainnya berinteraksi dan berkembang bersama. Dengan semangat kebersamaan, Pasar Semawis akan terus menjadi kebanggaan warga Semarang dan daya tarik bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Pasar Imlek Semawis mengajarkan kepada kita bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekayaan yang harus dirayakan. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Semawis menjadi oase di mana nilai-nilai tradisi, kebersamaan, dan gotong royong masih dijunjung tinggi. Setiap sudut pasar yang memanfaatkan jalan gang pada kawasan Pecinan ini, menjadi bukti bahwa identitas budaya dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman. Realitas Pasar Semawis menunjukkan bahwa warisan leluhur akan terus bersinar selama kita mau merawatnya. Semawis bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang harapan bahwa di tengah perbedaan, selalu ada ruang untuk persatuan dan keharmonisan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun