Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Membaca dunia adalah membuka cakrawala pengetahuan, dan melalui hobi menulis, kita menorehkan jejak pemikiran agar dunia pun membaca kita.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kekalahan Timnas U20 Lawan Yordania, Antara Strategi dan Dukungan yang Pudar

25 Januari 2025   08:27 Diperbarui: 25 Januari 2025   08:27 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiper Yordania berjersey kuning mengamankan bola dari rebutan pemain Indonesia (Sumber: goal.com)

Kekalahan Indonesia atas Yordania 0-1 dalam ajang Mandiri U-20 Challenge Series 2025 menorehkan luka yang lebih dalam dari sekadar angka di papan skor. Gol kilat pada menit keempat oleh pemain Yordania, Ibrahim Sabra, menjadi pukulan telak yang tak mampu dipulihkan sepanjang pertandingan, meski lawan bermain hanya dengan sepuluh orang sejak menit ke-17. Ironi itu semakin menyayat karena penalti yang diberikan kepada Indonesia di menit ke-22 juga gagal dimanfaatkan, seolah menjadi metafora atas kesempatan emas yang terbuang.

Indra Sjafri, pelatih yang kembali memimpin kepelatihan U-20 menghadapi tantangan berat. Transisi kepelatihan Timnas senior antara Shin Tae Yong kepada Patrick Kluivert setidaknya seperti memadamkan bara harapan yang sebelumnya menyala di dada suporter. Stadion Gelora Delta Sidoarjo yang biasanya bergemuruh, kini terasa sunyi. Lagu "Bagimu Negeri" yang biasanya menggetarkan hati di penghujung laga, terdengar hambar, tanpa ruh dan semangat. Kekalahan ini menjadi refleksi atas berbagai persoalan yang menghimpit sepak bola Indonesia.

Duel di Lapangan dan Momentum yang Hilang

Yordania, meski harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-17 akibat kartu merah untuk kiper Salamah Ali, tetap tampil solid. Abdullah Khaled yang masuk sebagai pengganti bahkan menjadi pahlawan mereka, menggagalkan penalti dari Welber Jardim. Keberanian Khaled menantang penendang penalti mencerminkan determinasi dan mental baja tim Yordania, yang seharusnya menjadi pelajaran bagi skuad Garuda Muda.

Sebaliknya, Indonesia terlihat kesulitan memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. Permainan yang cenderung monoton dan minim kreativitas membuat serangan mudah dipatahkan. Meskipun M Ragil dan Jehan Pahlevi mencoba menerobos pertahanan lawan, koordinasi yang buruk dan eksekusi akhir yang tidak optimal menjadi penghalang besar.

Kekalahan Timnas U-20 ini juga menguak kekecewaan suporter yang semakin meluas sejak era Shin Tae Yong berakhir. Pendukung sepak bola Indonesia dikenal fanatik, tetapi pemecatan pelatih asal Korea Selatan tersebut memunculkan gelombang skeptisisme yang signifikan. Ketiadaan dukungan penuh di stadion adalah cermin dari retaknya hubungan emosional antara tim dan suporter. Bukan hanya soal strategi atau taktik di lapangan, tetapi juga soal bagaimana Timnas dapat merebut kembali hati para penggemarnya. Tanpa kehadiran suporter yang memenuhi tribun, laga-laga Timnas hanya akan menjadi pertandingan kosong tanpa makna.

Meski menempati posisi ketiga dari empat tim peserta, Indonesia harus belajar dari kekalahan ini. Turnamen ini seharusnya menjadi ajang eksperimen dan evaluasi menjelang kompetisi yang lebih besar, nanti dalam kualifikasi Piala Asia pada Pebruari 2025. Indra Sjafri perlu meramu formula baru yang tidak hanya bertumpu pada nama-nama besar, tetapi juga memberikan kepercayaan kepada pemain muda potensial yang bisa membawa perubahan.

Dukungan federasi dan penggemar juga sangat krusial. Sepak bola tidak hanya soal pemain dan pelatih, tetapi juga tentang ekosistem yang mendukung keberhasilan tim. Kegagalan memanfaatkan momen ini hanya akan memperpanjang catatan suram sepak bola Indonesia. Saatnya bagi kita untuk tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberikan ruang untuk perbaikan. Lagu "Bagimu Negeri" yang sempat terasa hambar harus kembali hidup. Stadion yang sepi harus kembali bergemuruh. Harapan yang redup harus kembali menyala. Sebab, di balik setiap kekalahan, selalu ada pelajaran dan peluang untuk bangkit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun