Jepara, kabupaten yang dikenal sebagai pusat industri mebel dan tumbuhnya pabrik garmen, kini menghadapi persoalan transportasi publik yang memprihatinkan.Â
Di tengah geliat ekonominya, wilayah ini justru menyaksikan matinya fasilitas transportasi publik yang berkontribusi pada kemacetan parah di Mayong, Kalinyamatan, dan Pecangaan. Ironisnya, kawasan yang menjadi pusat buruh garmen ini juga harus menghadapi risiko keselamatan akibat tradisi mobilitas menggunakan sepeda motor.
Transportasi publik di Jepara kini hampir tidak berfungsi. Terminal Jepara, yang seharusnya menjadi simpul utama transportasi, telah lama kehilangan fungsinya. Armada angkutan umum yang dulunya menjadi andalan kini hampir tidak terlihat, tergeser oleh dominasi kendaraan pribadi.Â
Absennya transportasi publik menyebabkan masyarakat bergantung pada sepeda motor sebagai moda utama mobilitas. Ini menciptakan tekanan luar biasa pada jalan raya yang sebenarnya tidak dirancang untuk volume kendaraan sebesar itu.
Infrastruktur Jalan yang Terbengkalai
Kemacetan parah di kawasan Mayong, Kalinyamatan, dan Pecangaan diperburuk oleh kondisi jalan yang rusak. Lubang-lubang menganga, jalanan sempit, dan minimnya penerangan jalan menjadi gambaran suram infrastruktur Jepara.Â
Upaya perbaikan jalan yang dilakukan sering kali bersifat tambal sulam dan tidak berkelanjutan. Padahal, jalan-jalan ini merupakan akses utama bagi ribuan buruh yang bekerja di pabrik-pabrik garmen dan sepatu, sehingga mestinya menjadi prioritas pemerintah daerah.
Setidaknya ada 8 pabrik yang mempekerjakan puluhan ribu tenaga kerja di Jepara, sehingga memicu kemacetan di Jepara. Ironisnya, posisi pabrik itu berada di kawasan Jepara pinggiran yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak.Â
PT Hwa Seung Indonesia atau dikenal dengan PT HWI adalah pabrik sepatu yang memproduksi merek dagang Adidas. Pabrik HWI yang berada di Banyuputih Kelinyamatan ini, punya buruh sekitar 7 ribu orang.Â
Pada posisi lain, PT Kanindo Makmur memiliki buruh sekitar 5 ribu orang, PT Jiale Indonesia Textile menyerap tenaga buruh sekitar 4 ribu orang, PT Starcam Apparel Indonesia memiliki buruh sekitar 2 ribu orang, PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia atau SAMI memiliki buruh sebanyak 4 ribu orang, dan PT Parkland World Indonesia punya buruh lebih dari 20 ribu orang.