Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Penikmat kopi robusta dan kopi arabika dengan seduhan tanpa gula, untuk merasakan slow living di surga zamrud khatulistiwa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Matinya Transportasi Publik di Jepara, Ancaman Keselamatan dan Kemacetan yang Menggila

17 Januari 2025   08:26 Diperbarui: 17 Januari 2025   08:26 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemacetan di Kawasan PT HWI Saat Jam Kerja dan Jam Pulang (Sumber: radarkudus.jawapos.com)

Jepara, kabupaten yang dikenal sebagai pusat industri mebel dan tumbuhnya pabrik garmen, kini menghadapi persoalan transportasi publik yang memprihatinkan. Di tengah geliat ekonominya, wilayah ini justru menyaksikan matinya fasilitas transportasi publik yang berkontribusi pada kemacetan parah di Mayong, Kalinyamatan, dan Pecangaan. Ironisnya, kawasan yang menjadi pusat buruh garmen ini juga harus menghadapi risiko keselamatan akibat tradisi mobilitas menggunakan sepeda motor.

Transportasi publik di Jepara kini hampir tidak berfungsi. Terminal Jepara, yang seharusnya menjadi simpul utama transportasi, telah lama kehilangan fungsinya. Armada angkutan umum yang dulunya menjadi andalan kini hampir tidak terlihat, tergeser oleh dominasi kendaraan pribadi. Absennya transportasi publik menyebabkan masyarakat bergantung pada sepeda motor sebagai moda utama mobilitas. Ini menciptakan tekanan luar biasa pada jalan raya yang sebenarnya tidak dirancang untuk volume kendaraan sebesar itu.

Infrastruktur Jalan yang Terbengkalai

Kemacetan parah di kawasan Mayong, Kalinyamatan, dan Pecangaan diperburuk oleh kondisi jalan yang rusak. Lubang-lubang menganga, jalanan sempit, dan minimnya penerangan jalan menjadi gambaran suram infrastruktur Jepara. Upaya perbaikan jalan yang dilakukan sering kali bersifat tambal sulam dan tidak berkelanjutan. Padahal, jalan-jalan ini merupakan akses utama bagi ribuan buruh yang bekerja di pabrik-pabrik garmen dan sepatu, sehingga mestinya menjadi prioritas pemerintah daerah.

Setidaknya ada 8 pabtik yang mempekerjakan puluhan ribu tenaga kerja di Jepara, sehingga memicu kemacetan di Jepara. Ironisnya, posisi pabrik itu berada di kawasan Jepara pinggiran yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak. PT Hwa Seung Indonesia atau dikenal dengan PT HWI adalah pabrik sepatu yang memproduksi merek dagang Adidas. Pabrik HWI yang berada di Banyuputih Kelinyamatan ini, punya buruh sekitar 7 ribu orang. Pada posisi lain, PT Kanindo Makmur memiliki buruh sekitar 5 ribu orang, PT Jiale Indonesia Textile menyerap tenaga buruh sekitar 4 ribu orang, PT Starcam Apparel Indonesia adal Korea ini memiliki buruh sekitar 2 ribu orang, PT Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia atau SAMI memiliki buruh sebanyak 4 ribu orang, dan PT Parkland World Indonesia punya buruh lebih dari 20 ribu orang.

Kemacetan di Kawasan PT HWI Saat Jam Kerja dan Jam Pulang (Sumber: radarkudus.jawapos.com)
Kemacetan di Kawasan PT HWI Saat Jam Kerja dan Jam Pulang (Sumber: radarkudus.jawapos.com)

Bagi banyak buruh, sepeda motor adalah pilihan termurah dan paling fleksibel. Namun, tradisi ini membawa dampak buruk. Angka kecelakaan lalu lintas di Jepara terus meningkat, dengan sepeda motor sebagai kontributor utama. Pada 2023, terjadi sebanyak 380 kecelakaan sepeda motor, yang pada rentang waktu antara Januari sampai Oktober 2024 telah meningkat menjadi 448 kecelakaan sepeda motor. Minimnya kesadaran akan keselamatan berkendara, ditambah buruknya kondisi jalan, menciptakan kombinasi berbahaya yang mengancam nyawa pengguna jalan.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Matinya transportasi publik tidak hanya berdampak pada kemacetan dan keselamatan, tetapi juga pada efisiensi ekonomi. Waktu yang terbuang di jalan berujung pada produktivitas yang menurun. Buruh garmen, yang sudah menghadapi tekanan kerja, kini harus mengalokasikan waktu lebih banyak untuk perjalanan. Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti pelajar dan warga lanjut usia, semakin terpinggirkan karena keterbatasan akses transportasi.

Kebijakan agar pabrik-pabrik yang mempekerjakan ribuan buruh didesak dengan menyediakan sarana transportasi khusus bagi buruh, perlu segera dilakukan. Kendaraan khusus seperti bus karyawan, tidak hanya membantu mengurangi jumlah sepeda motor di jalan, tetapi juga memberikan manfaat tambahan seperti efisiensi waktu dan penghematan biaya transportasi bagi buruh. Dengan rute yang dirancang sesuai lokasi tempat tinggal buruh, kendaraan ini dapat mengangkut banyak orang sekaligus, mengurangi risiko kecelakaan, dan menciptakan perjalanan yang lebih nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun