Kebakaran hutan secara hebat yang terjadi di Los Angeles sejak 7 Januari 2025, semakin menggambarkan bahwa kekuatan manusia belum sepenuhnya mampu mengendalikan alam. Kebakaran hutan yang meluas sampai ke perkotaan dengan menghanguskan lebih dari 40 ribu hektar dan menghancurkan 12.300 bangunan. Total kerugian sebagaimana ditaksir oleh AccuWeather sebanyak 275 miliar dolar AS atau 4.469 triliun rupiah.
ini bukan hanya sekadar bencana alam yang menghancurkan, melainkan juga mencerminkan kegagalan kita dalam mengelola risiko lingkungan yang berdampak langsung pada kehidupan manusia. Peristiwa kebakaran yang diperparah oleh kecepatan angin Santa Ana hingga 65 mph, menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mengevaluasi kembali kebijakan mitigasi risiko, solidaritas kemanusiaan global, dan peran serta dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.
Los Angeles, sebagai pusat ekonomi dan budaya, telah lama menghadapi ancaman kebakaran hutan yang intens. Musim panas yang semakin panas dan kekeringan yang berkepanjangan menjadi faktor utama yang memicu kebakaran besar di California. Di sisi lain, fenomena tornado api menyebabkan kebakaran hutan meluas ke arah hutan-hutan di wilayah timur Amerika Serikat, yang memperburuk kualitas udara dan menyebabkan gangguan serius bagi masyarakat.
Kebakaran Loas Angeles tidak hanya menggambarkan krisis lokal, tetapi juga sebuah refleksi global terhadap tantangan perubahan iklim. Sebagaimana telah disampaikan oleh para ilmuwan, kebakaran besar ini merupakan konsekuensi dari peningkatan suhu global, yang memperburuk kondisi iklim di berbagai belahan dunia. Ini adalah peringatan nyata bahwa kita tidak bisa lagi mengabaikan urgensi mitigasi risiko perubahan iklim.
California dapat dianggap telah mengalami musim kekeringan yang cukup lama, dengan sebagian besar wilayah negara bagian ini mengalami penurunan curah hujan yang signifikan. Pada 2021 misalnya, California tercatat sebagai salah satu negara bagian dengan kekeringan terburuk dalam sejarahnya, dengan 87% wilayahnya mengalami kekeringan ekstrem atau sangat ekstrem. Kekeringan ini menyebabkan bahan bakar alami seperti rumput kering dan semak-semak menjadi sangat mudah terbakar.
Hollywood terletak di wilayah pegunungan yang curam, dengan banyak area yang memiliki akses terbatas. Faktor geografis ini menyulitkan proses pemadaman api karena medan yang sulit dijangkau. Kebakaran yang terjadi di lereng bukit atau hutan yang terjal sering kali lebih sulit dijangkau oleh pemadam kebakaran, terutama ketika api meluas dengan cepat.
Mitigasi Risiko Perubahan Iklim
Kebakaran hutan di Los Angeles menjadi pengingat bagi dunia akan pentingnya strategi mitigasi risiko perubahan iklim yang lebih terkoordinasi dan terintegrasi. Negara-negara di dunia, terutama yang berada di garis depan dampak perubahan iklim, perlu meningkatkan upaya untuk mencegah kebakaran hutan dan mengurangi dampak negatifnya. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mitigasi risiko ini termasuk peningkatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta pengembangan kebijakan yang lebih tegas terkait perubahan iklim. Program restorasi ekosistem yang mengedepankan pelestarian hutan, seperti yang sudah dilakukan di banyak negara, perlu diperluas untuk melindungi wilayah yang rawan kebakaran.
Penting juga bagi negara-negara untuk berinvestasi dalam teknologi pemantauan kebakaran, serta memperkuat kapasitas respons terhadap bencana. Meskipun kemajuan teknologi semakin memberikan peluang untuk mendeteksi kebakaran lebih dini, namun tantangan besar tetap pada kapasitas untuk merespons secara cepat dan efektif. Selain itu, kebijakan yang lebih ketat terkait pengelolaan lahan dan pembangunan yang berbasis pada prinsip keberlanjutan juga harus diprioritaskan.