Durian telah lama menjadi buah favorit bagi banyak orang di Indonesia, dan setiap daerah memiliki varietas unggulannya masing-masing. Salah satu durian yang tengah mencuri perhatian adalah Durian Malika asal Gunungpati, Semarang. Keunggulannya tidak hanya terletak pada rasa dan aromanya, tetapi juga pada sejarah, karakter wilayah, dan potensinya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Durian Malika pertama kali diperkenalkan oleh petani lokal di Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunungpati pada awal 1990-an. Nama "Malika" diambil dari kombinasi nama pasangan suami istri, Muali dan Aslikah. Pohon durian di lahan keluarga Muali dan Aslikah itu sudah berusia ratusan tahun itu dengan tinggi sekitar 30 meter dengan batang berdiameter 3,5 meter. Oleh karenanya, pohon durian mendapatkan sertifikat Pohon Induk Tunggal (PIT) pada 2019.
Istilah Malika juga dapat diartikan sebagai "ratu" atau "kemuliaan" dalam bahasa Arab, yang mencerminkan kualitas unggul dari durian ini. Pohon induk yang tumbuh di lahan Aslikah mampu berbuah sampai 1.000 buah dalam sekali panen. Durian Malika memiliki cita rasa manis dedaging berwarna kuning keemasan yang bertekstur kesat, tebal namun lembut.
Perkembangan Sebagai Buah Unggulan
Dalam dua dekade terakhir, Durian Malika mengalami perkembangan signifikan. Pemerintah setempat bersama kelompok tani lokal aktif mempromosikan durian ini melalui festival buah tahunan dan program agrowisata. Strategi ini berhasil menarik perhatian pecinta durian dari berbagai daerah, bahkan hingga mancanegara. Seiring meningkatnya permintaan, para petani mulai menerapkan teknik budidaya modern, termasuk pemangkasan selektif dan perawatan organik. Hasilnya, produktivitas meningkat tanpa mengorbankan kualitas buah.
Durian Malika memiliki potensi besar sebagai motor penggerak ekonomi lokal. Selain menjadi komoditas unggulan, durian ini dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti dodol, keripik, es krim, dan pasta durian. Produk-produk ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah tetapi juga membuka lapangan kerja baru.
Program agrowisata juga memberikan dampak positif. Wisatawan tidak hanya datang untuk mencicipi durian tetapi juga belajar tentang proses budidaya, sehingga menciptakan pengalaman edukatif sekaligus rekreasi. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, sektor pendukung seperti transportasi, penginapan, dan kuliner lokal turut berkembang.
Untuk memaksimalkan potensi Durian Malika, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat diperlukan. Pelatihan bagi petani dalam manajemen agribisnis, akses pendanaan untuk pengembangan usaha, serta perluasan pasar melalui platform digital menjadi langkah strategis. Hal yang paling penting adalah menjamin adanya pohon turunan dari pohon indukan.
Durian Malika adalah bukti bahwa dengan pengelolaan yang baik, produk lokal dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional. Lebih dari sekadar buah, Durian Malika adalah simbol semangat dan potensi masyarakat Gunungpati untuk maju bersama. Melalui pengembangan yang berkelanjutan, diharapkan Durian Malika tidak hanya menjadi ikon Semarang tetapi juga salah satu durian terbaik di Indonesia. Dengan begitu, "ratu durian" ini benar-benar dapat memuliakan masyarakat yang hidup di sekitarnya. Dan, cocok juga sebagai makanan untuk meninggalkan kesan baik sebagai ucapan terima kasih dan perpisahan dari pekerjaan atau resign.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H