Indonesia, dengan sejarah panjangnya, menawarkan banyak tempat yang menyimpan warisan budaya yang kaya dan tak ternilai. Salah satu tempat yang seringkali terlewatkan namun memiliki makna besar bagi pembentukan karakter kebangsaan adalah Museum dan Situs Patiayam yang terletak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Situs ini, menyimpan jejak-jejak sejarah dari masa prasejarah atau masa purba.
Tak hanya penting untuk studi sejarah, tetapi juga memiliki relevansi besar dalam konteks pembelajaran sejarah dan penguatan karakter kebangsaan bagi generasi muda Indonesia. Museum ini didirikan pada 2004 di Pegunungan Patiayam, Jekulo, Kabupaten Kudus. Situs ini masih berada di gugusan Pegunungan Muria, dengan koleksi sebanyak 99 display . Jenis temuan berupa hewan purba dari spesies hewan laut, air tawar, dan daratan yang total berjumlah sekitar 1.500 fosil dan artefak.
Berdasarkan koleksi pada Museum Purbakala Patiayam, situs arkeologi ini mengisahkan tentang kehidupan masyarakat purba yang hidup ratusan ribu tahun yang lalu. Di situs ini, para peneliti menemukan fosil-fosil yang menunjukkan adanya aktivitas manusia pada masa prasejarah yang masih bersifat berburu dan berpindah pindah. Temuan fosil manusia purba di Patiayam dianggap satu fragmen dengan manusia purba di Sangiran, yaitu anatomi manusia purba Homo Erectus. Fosil pecahan tengkorak dan gigi manusia ditemukan di antara fosil mamalia maupun reptil pada lapisan tanah lempung dan tanah pasir. Sebagian koleksi Situs Patiayam berupa gading gajah sekitar 2 meter panjangnya, berada di Museum Ronggowarsito, Semarang.
Keberadaan situs ini memberikan wawasan yang mendalam tentang perkembangan peradaban manusia di wilayah nusantara. Melalui berbagai artefak yang ditemukan di situs ini, pengunjung dapat mempelajari tidak hanya tentang kehidupan masyarakat purba, tetapi juga bagaimana manusia Indonesia pertama kali berinteraksi dengan alam dan membangun struktur sosial yang kompleks. Hal ini menjadi landasan yang kuat untuk membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melestarikan sejarah kita sebagai bagian dari identitas kebangsaan.
Wahana Pembelajaran Berbasis Penelitian
Museum Purbakala Patiayam yang ada di dekat situs purbakala itu menjadi pusat informasi yang sangat penting. Museum ini bukan hanya sekadar tempat menyimpan artefak, tetapi juga berfungsi sebagai wahana edukasi bagi generasi muda. Dengan mengunjungi museum ini, pengunjung, terutama pelajar, dapat mempelajari sejarah bangsa Indonesia secara langsung melalui pameran interaktif yang menyajikan koleksi fosil, alat-alat purbakala, serta berbagai temuan lainnya yang menceritakan perjalanan panjang nenek moyang bangsa, sekitar 700.000 sampai 1 juta tahun yang lalu.
Sejumlah koleksi seperti Stegodon trigonochepalus (gajah purba), Elephas sp (sejenis gajah), Rhinocecos sondaicus (badak), Bos banteng (sejenis banteng), Crocodilus sp (buaya), Cervus zwaani dan Cervus atau Ydekkeri martim (sejenis rusa) Corvidae (Rusa), Chelonidae (kura-Kura), Suidae (babi hutan), Tridacna (kerang laut), dan Hipopotamidae (kudanil). Temuan fosil-fosil di Patiayam memiliki keistimewaan daripada fosil temuan di daerah lain karenakan sebagian situs yang ditemukan bersifat utuh.Â
Penelitian pertama secara serius tercatat dilakukan mulai 1931 oleh peneliti asal Belanda, Van Es. Â Hal itu menindaklanjuti penemuan fosil pertama pada 1857 oleh peran Raden Saleh dan Frans Wilhelm Junghuhn. Penemuan demi penemuan fosil dan artefak yang bertahun-tahun itu, sampai 2010 belum memiliki tempat penyimpanan. Untungnya, masyarakat di Desa Terban, Jekulo, Â memiliki kesadaran yang baik untuk tidak diperjualbelikan. Penampungan benda-benda temuan dititipkan di rumah Alm. Ramijan Mustofa, dan sejak 2014 berpindah ke bangunan sewa milik Pemerintah Desa.
Di museum ini, anak-anak dan generasi muda dapat merasakan secara langsung bagaimana kehidupan masyarakat prasejarah dan menumbuhkan rasa cinta tanah air yang lebih dalam. Melalui pendekatan yang lebih kontemporer dan menyentuh aspek emosional, museum ini juga dapat mengajarkan tentang pentingnya toleransi, keberagaman, dan persatuan dalam kerangka kebangsaan Indonesia. Mengingat museum ini memiliki banyak koleksi yang menunjukkan perbedaan etnis, budaya, dan cara hidup masyarakat pada zaman purba, pengunjung bisa diajak untuk lebih menghargai keragaman yang ada di Indonesia saat ini. Proses inilah yang dapat didesain sebagai metode pembelajaran berbasis pada data penelitian.