Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Human Resources - Researcher / Paradigma Institute

Penikmat kopi robusta dan kopi arabika dengan seduhan tanpa gula, untuk merasakan slow living di surga zamrud khatulistiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kembang Api, Terompet, dan Bakar Jagung Bagian dari Tahun Baru?

31 Desember 2024   14:19 Diperbarui: 31 Desember 2024   14:54 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Kembang Api di Singapura (Sumber: Indozone.id)

Di Amerika Serikat, membakar jagung di atas api adalah bagian dari tradisi barbecue (BBQ) yang populer selama musim panas atau Hari Kemerdekaan (4 Juli). Ini melambangkan kebersamaan dan rekreasi. Di beberapa negara Eropa Timur, seperti Hungaria dan Polandia, membakar jagung dilakukan dalam festival panen tradisional yang disebut Doynki. Festival ini merayakan akhir musim panen dengan makanan bersama, termasuk jagung bakar yang disiapkan secara kolektif. Meski membakar jagung adalah aktivitas sederhana, kegiatan ini menciptakan momen istimewa yang menghargai interaksi manusia di tengah kesibukan hidup modern.

Di kota-kota besar, tradisi bakar-bakar jagung atau makan jagung bersama-sama juga mengalami transformasi. Petasan dan kembang api yang semula menjadi ritual mengusir roh jahat, kini menjadi representasi pesta modern. Sementara itu, tiupan terompet massal menciptakan simfoni khas tahun baru, melibatkan semua orang tanpa pandang usia atau status sosial. Jagung bakar, yang mungkin tampak sederhana, justru menawarkan kontras menarik: di tengah dunia yang semakin digital dan individualis, bakar-bakar jagung mengingatkan kita pada pentingnya interaksi langsung. Ini adalah saat ketika percakapan ringan di bawah langit malam menjadi lebih bermakna.

Menghiasi pergantian tahun dengan petasan, kembang api, terompet, dan jagung bakar adalah ekspresi kolektif masyarakat Indonesia yang memadukan pengaruh budaya asing dengan identitas lokal. Di balik kilau dan gemuruh itu, kita sebenarnya sedang merayakan harapan, kebersamaan, dan masa depan yang lebih baik. Malam tahun baru, pada akhirnya, bukan hanya soal mengucapkan selamat tinggal pada tahun yang berlalu, tetapi juga menyambut tahun baru dengan semangat baru. Tradisi ini, meski sederhana, membawa pesan yang mendalam tentang keberlanjutan budaya dan harapan akan kehidupan yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun