Terkejut, demikian kiranya bagi siapapun yang mengetahui bahwa Kabupaten Pati, sebuah daerah yang kaya akan potensi wisata, hanya mampu menghasilkan pendapatan daerah dari pariwisata sebesar Rp175 juta sepanjang 2023 kemarin. Angka ini terasa sangat kecil bila dibandingkan dengan kekayaan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki Pati. Ada keindahan pantai, sejarah yang terpendam dalam situs-situs tua, gua-gua alami di tanah karst, hingga keragaman kuliner khas yang menggugah selera.
Lantas, apa yang salah? Dan lebih penting lagi, bagaimana solusi kreatif untuk memaksimalkan potensi ini dibanding daerah lain di Jawa Tengah. Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023 menyebutkan bahwa Pati memiliki daya tarik wisata alam sebanyak 13, wisata budaya sebanyak 2, dan wisata buatan sebanyak 4 destinasi. Adapun jumlah wisatawan sepanjang 2023 Â tercatatkan sebanyak 822.306 orang.
Kabupaten Pati memiliki berbagai daya tarik yang unik. Sebut saja kawasan wisata alam seperti Goa Pancur dan Goa Wareh. Pati yang berada di pesisir Pantura Jawa Tengah dianugerahi oleh Tuhan dengan keindahan sejumlah pantai, sebagaimana Pantai Sambilawang dengan pesona hutan mangrove di Trangkil, pantai Kertomulyo yang pada 2021 meraih juara inovasi ecowisata tingkat Jawa Tengah, Pantai Cinta dengan pasir hitam di Dukuh Seti, serta pantai Idola Banyuwoto.
Potensi wisata religi yang dimiliki Pati juga sangat besar. Keberadaan makam Mbah Mutamakin serta pusat pendidikan di Kajen, merupakan magnet bagi masyarakat di luar Pati untuk berkunjung. Posisi masyarakat berziarah juga tersebar dalam beberapa kecamatan, dari makam Sunan Prawoto dan makam Syeikh Jangkung di kawasan Pati sebelah Selatan, maupun makam Nyi Ageng Ngerang di Pati kawasan Barat.
Ada pula wisata budaya dengan memanfaatkan keberadaan sejumlah desa wisata, tentu memiliki potensi untuk membentuk ekosistem wisata yang kuat di Pati. Desa wisata Bageng, desa wisata Pancasila Jrahi, desa wisata Talun, desa Wisata Tunggulsari, termasuk wisata air semacam Waduk Gunungrowo dan Waduk Seloromo. Tak ketinggalan, kuliner khas seperti nasi gandul dan bandeng presto tentu menjadi daya tarik tersendiri. Namun, banyak destinasi wisata ini belum dikelola dengan optimal sehingga potensi pendapatan daerah menjadi hilang.
Infrastruktur yang kurang memadai, minimnya promosi, serta belum adanya strategi branding yang kuat membuat wisatawan lebih memilih daerah tetangga seperti Jepara atau Kudus yang lebih terkenal. Keberadaan sejumlah perusahaan multinasional yang berakar dari Pati, tentu tidak menjadi kendala dalam aspek investasi maupun model kolaborasi. Pati sesungguhnya memiliki modal besar dari adanya Pabrik Kacang Dua Kelinci maupun Pabrik Kacang Garuda yang sudah terkenal sebagai sponshorship event internasional. Akan tetapi, banyak wisatawan yang tidak tahu potensi tersebut, sebagaimana masih belum optimalnya memanfaatkan agrowisata Kebun Jolong sebagai destinasi andalan.
Kelemahan lain bagi Pati adalah belum terintegrasinya ekosistem pariwisata. Tidak ada konektivitas yang baik antara destinasi wisata, kuliner, dan budaya lokal. Pelaku UMKM yang memproduksi suvenir juga belum banyak dilibatkan. Kajen seagai pusat pendidikan, sesunguhnya juga menjadi salah satu pusat wisatawan datang untuk berziarah maupun penelitian sosial. Sayangnya, terobosan kreatif untuk memaksimalkan potensi wisata belum tergarap secara serius.
Untuk membangkitkan pariwisata Pati, diperlukan terobosan kreatif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Membangun infrastruktur dan digitalisasi layanan wisata perlu terjalin kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta yang baik. Selain itu, membuat aplikasi wisata Pati yang jelas dengan menampilkan informasi lengkap tentang destinasi, jadwal acara budaya, dan rekomendasi kuliner tentu dapat meningkatkan pengalaman wisatawan.
Pati dapat memilih branding diri atas pariwisatanya dengan mempromosikan sebagai "Surga Tersembunyi di Pantura", dengan menonjolkan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain di Pantura. Festival tahunan bertema lokal, seperti "Pati Culture and Culinary Festival," dapat juga digalakkan seiring Upacara Tradisi Meron maupun Sedekah Laut Juwana dan Sedekah Laut Tayu. Acara ini dapat memadukan seni, budaya, dan kuliner khas Pati.
Langkah mengintegrasikan pariwisata dengan UMKM lokal menjadi penting dilakukan untuk medapatkan dukungan promosi massf dan terstruktur. Wisatawan sering kali mencari suvenir atau produk lokal untuk dibawa pulang, sehingga pelibatan UMKM dalam rantai ekosistem pariwisata tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat.
Kabupaten Pati memiliki segala syarat untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah. Namun, semua potensi ini hanya akan menjadi cerita jika tidak dikelola dengan baik. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk membawa Pati ke level yang lebih tinggi. Dengan langkah-langkah kreatif dan strategi yang terarah, bukan tidak mungkin pendapatan pariwisata Pati akan meningkat berkali lipat dalam waktu dekat. Ini bukan hanya soal angka, tetapi juga kebanggaan akan identitas lokal dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.