Dalam konteks transformasi pemerintahan yang adaptif dan berorientasi pada masa depan, SMART ASN 2024 telah menjadi tonggak penting bagi reformasi birokrasi di Indonesia. Konsep ini menekankan pada karakteristik aparatur sipil negara (ASN) yang memiliki delapan ciri karakter, yaitu nasionalisme, profesionalisme, berintegritas, wawasan global, penguasan IT dan bahasa asing, networking, hospitality, serta enterpreneurship.
Namun, visi masa depan birokrasi Indonesia tidak berhenti di sini. Robust ASN 2030 muncul sebagai paradigma baru yang mengintegrasikan karakter ecofriendly, tech savvy, dan adaptif, untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks.
Mengapa Robust ASN 2030?
Transformasi menuju Robust ASN 2030 mencerminkan kebutuhan mendesak. Kemendesakan itu disadari untuk memperkuat kapasitas ASN dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, disrupsi teknologi, dan dinamika globalisasi. Dalam era ini, ASN tidak hanya dituntut cakap dalam teknologi dan adaptif terhadap perubahan, tetapi juga menjadi pelopor keberlanjutan lingkungan dan berdaya saing global.
Ecofriendly sebagai prioritas global. Keberlanjutan lingkungan bukan lagi sekadar isu tambahan, tetapi telah menjadi inti dari kebijakan pembangunan global. Robust ASN 2030 memprioritaskan keberlanjutan dengan melibatkan ASN dalam inisiatif ramah lingkungan, mulai dari efisiensi energi di tempat kerja hingga pengembangan kebijakan yang mendukung ekonomi hijau. ASN memainkan peran strategis dalam memastikan keberhasilan agenda pembangunan yang berkelanjutan dan peralihan ke ekonomi hijau. Dengan mandatnya sebagai pelaksana kebijakan publik, ASN dapat menjadi motor penggerak dalam mendukung komitmen lingkungan nasional dan internasional.
Dukungan atas pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau di Indonesia dapat dilakukan melalui integrasi kurikulum pelatihan dan pendididkan. ASN harus menjadi penggerak implementasi kebijakan hijau yang proaktif di tingkat daerah dan nasional, sebagaimana mengadopsi prinsip Green Public Procurement (GPP) dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan mendorong regulasi yang mendukung ekonomi sirkular, seperti pengelolaan limbah dan promosi produk ramah lingkungan. Seluruh program pemerintah dapat didesain dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan dalam perencanaannya. Hal demikian seperti menggunakan mekanisme Environmental Impact Assessment (EIA) secara ketat dalam proyek-proyek pemerintah.
Tech Savvy dalam era digital. Percepatan teknologi memerlukan ASN yang tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya untuk meningkatkan kualitas layanan publik. Keterampilan dalam big data, artificial intelligence (AI), dan blockchain akan menjadi kompetensi wajib bagi ASN di tahun 2030.
Adaptif terhadap perubahan. Dalam dunia yang terus berubah, adaptabilitas menjadi kunci keberhasilan. Robust ASN 2030 mempersiapkan ASN untuk menghadapi tantangan yang tidak terduga dengan fleksibilitas tinggi, baik dalam pengambilan keputusan maupun implementasi kebijakan. Sebagaimana kopi robusta, tanaman ini memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap suhu panas dan kelembapan tinggi. Oleh karenanya, tanaman kopi lebih tahan terhadap penyakit seperti coffee leaf rust dan coffee berry disease. Begitulah ASN, yang diasosiasikan sebagaimana kopi robusta yang tahan penyakit maupun siklus perubahan cuaca yang ekstrim. ASN adalah sosok yang memiliki jiwa ketahanmalangan di atas masyarakat umum.
Peran Corporate University dalam Mendukung Transformasi
Corporate University (CorpU) bagi ASN adalah platform strategis untuk mendukung transformasi menuju Robust ASN 2030. CorpU bukan hanya tempat pelatihan, tetapi juga pusat inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Berikut adalah tiga peran utama CU dalam transformasi. Pertama, pengembangan kompetensi berkelanjutan. Pendekatan pembelajaran berbasis teknologi, menjadikan CorpU dapat menyediakan program pelatihan yang relevan, mulai dari pelatihan klasikal di lembaga pelatihan, pembelajaran berbasis komunitaas sebagai coaching dan mentoring atau community of practices, sampai pembelajaran di tempat kerja secara langsung. Kurikulum yang fleksibel dan berbasis kebutuhan akan memastikan ASN selalu selangkah lebih maju.
Kedua, inkubator inovasi. CorpU berfungsi sebagai laboratorium untuk mengembangkan kebijakan berbasis bukti, mengintegrasikan masukan dari berbagai pihak, dan menguji coba solusi sebelum diterapkan secara luas. Hal ini akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kebijakan publik. Oleh karenanya, perlu adanya koimtmen untuk mengelola manajemen pengetahuan dengan mendokumentasikan sejumlah pengetahuan-pengetahuan kritis ataupun best practices dari langkah-langkah mencapai keberhasilan sebuah program. Proses ini akan memengaruhi semangat belajar dari langkah yang sudah berhasil diteraapkan, sehingga bisa lebih efisien dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran.