Di tengah keindahan dataran Jawa Tengah, Klaten muncul sebagai bintang yang cemerlang di sektor pariwisata pada tahun 2023. Tidak hanya menawarkan pemandangan yang memukau dan pengalaman budaya yang mendalam, Klaten berhasil mencatatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata sebagai yang terbesar di Jawa Tengah.
Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah yang diterbitkan sebagai laporan tahunan 2023 oleh Dinas Pariwisata Jawa Tengah, sebanyak 194 miliar rupiah tercatatkan sebagai PAD pariwisata Klaten. Pendapatan Klaten itu baru disusul oleh Kabupaten Semarang sebesar 52 miliar, Purbalingga sebesar 33 miliar, Banjarnegara sebesar 32 miliar, dan Surakarta 31 miliar. Keberhasilan Klaten tentu menarik perhatian sejumlah pihak, karena destinasi wisata yang dimilikinya cenderung dipersepsikan masih di bawah pamor daerah lain.
Pesona Wisata Klaten: Dari Alam Hingga Budaya
Klaten memiliki aset wisata yang beragam, mulai dari keindahan alam hingga kekayaan budaya. Umbul Ponggok, misalnya, menjadi daya tarik utama dengan konsep wisata air bawah tanah yang unik, menggabungkan ekowisata dan pengalaman fotografi bawah air. Tak kalah menarik, Candi Plaosan menyuguhkan keindahan arsitektur kuno yang sarat akan sejarah dan spiritualitas.
Di sisi lain, pengelolaan desa wisata seperti Desa Ponggok dan Desa Jimbung telah membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat lokal mampu menciptakan destinasi wisata, yang tidak hanya menarik tetapi juga berkelanjutan. Pendekatan ini membawa manfaat ekonomi langsung kepada warga setempat, menciptakan model pembangunan yang inklusif.
Klaten menawarkan 23 destinasi wisata alam, 15 destinasi wisata budaya, dan 35 destinasi wisata buatan. Sekitar 70 tempat wisata yang dikelola inilah, Klaten dapat mencatatkan angka kunjungan wisatawan Nusantara sebanyak 6.293.175 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 163.882 orang asing. Jumlah kunjungan wisatawan ke Klaten ini mengalahkan Magelang dengan ikon Candi Borobudur yang mencatatkan angka kunjungan sebanyak 3.191.668 orang, atau Wonosobo dengan pesona Dieng dengan kunjungan 1.384.431 orang.
Kesuksesan Klaten tidak lepas dari strategi pemerintah daerah yang inovatif dengan ketersediaan banyak destinasi wisata buatan. Salah satu faktor pendukung adalah investasi pada infrastruktur penunjang wisata. Jalan-jalan menuju destinasi utama telah diperbaiki, fasilitas umum seperti toilet dan tempat parkir diperbarui, dan akses digital diperluas untuk mendukung promosi wisata melalui media sosial. Selain itu, Klaten juga berhasil memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. Aplikasi berbasis peta yang memuat informasi destinasi wisata, harga tiket, dan jadwal acara lokal menjadi salah satu inovasi yang disambut baik oleh wisatawan.
Kontribusi PAD: Efek Domino bagi Perekonomian Lokal
Kontribusi PAD dari sektor wisata Klaten yang melampaui daerah lain di Jawa Tengah, menunjukkan potensi luar biasa dari sektor pariwisata. Dana yang dihasilkan digunakan untuk mendukung sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan UMKM. Efek domino ini menciptakan siklus positif bagi perekonomian lokal, dari peningkatan lapangan kerja hingga penguatan daya beli masyarakat.
Klaten telah memberikan contoh nyata bahwa pengembangan sektor wisata yang terencana dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Kota-kota lain dapat belajar dari pendekatan Klaten dengan sejumlah langkah. Pertama, penguatan identitas lokal. Hal ini dilakukan dengan menggali potensi unik masing-masing daerah, baik dari sisi budaya, alam, maupun sejarah. Event Klaten Lurik Karnaval, event Maleman, event Padusan, dan event Syawalan setidaknya sebagai penarik wisatawan mengenal Klaten. Event pariwisata tersebut belum tentu memberikan pendapatan secara langsung, tetapi memiliki efek domina yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Kedua, kemitraan dengan masyarakat lokal. Langkah ini ditempuh dengan memberikan peran aktif kepada masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata. Upaya Klaten dalam memberdayakan masyarakat lokal dapat dilihat dari berkembangnya wisata budaya, seperti Bukit Cinta, Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Desa Wisata Bugisan, Desa Wisata Melikan, Desa Wisata Ngerangan, Desa Wisata Kebondalem Kidul, dan Kawasan Wisata Silabrak. Kesemuanya tentu mengutamakan prinsip keberlanjutan dalam setiap langkah pengembangan wisata.