Mohon tunggu...
Muhammad Karim
Muhammad Karim Mohon Tunggu... Konsultan - Investment Banker, Business Shariah Consultant, Portfolio Management Specialist and Financial Planner

Suka dengan ekonomi, politik, pemerintahan, corporate finance, investment banking, capital market, financial planning, business shariah dan strategy serta spiritual quotient (SQ). Hobi traveling, boxing, swimming dan jogging.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mau jadi Follower Investor Asing? Boleh-Boleh Saja asal jangan sampai kena Jebakan Batman

3 Maret 2024   22:22 Diperbarui: 3 Maret 2024   22:39 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini mayoritas negara yang ada di dunia menganut sistem perekonomian terbuka yakni suatu perekonomian yang terbuka untuk melakukan perdagangan eksport dan import barang dan jasa serta modal dengan negara lain, termasuk Indonesia.

Dalam hal pergerakan arus modal dengan negara lain, berdasarkan data dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Indonesia menikmati arus dana masuk berupa investasi langsung (foreign direct investing-FDI) sebesar Rp 654,4 T (US$ 45,6 M) pada tahun 2022 naik 44,2% dibandingkan tahun 2021. FDI terbesar masuk pada sektor base metal (logam dasar) sebesar US$ 11 M serta pertambangan US$ 5,1 M. Sumber dana terbesar terutama berasal dari negara di Asia seperti Singapura dan China.

Hal sebaliknya terjadi pada instrument portfolio di pasar keuangan Indonesia. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Dirjen Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan, net flow (aliran dana bersih) ke instrument portfolio di pasar keuangan Indonesia mengalami arus dana keluar sebesar Rp 90 T pada tahun 2022. Ini dengan rincian, pada instrument portfolio saham terjadi net inflow (arus dana masuk) sebesar Rp 40,7 T, sedangkan pada Surat Berharga Negara (SBN) mengalami net outflow (arus dana keluar) sebesar Rp 130,7 T.

Bagi foreign investor, menganggap berinvestasi pada instrumen portfolio saham lebih menarik dibandingkan dengan SBN dikarenakan potensi tingkat imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini didukung dengan kinerja pertumbuhan laba emiten yang meningkat pesat pada tahun 2022 disebabkan oleh low base effect karena efek dari pandemi Covid-19 yang mulai merebak sejak tahun 2020. Disisi lain instrument SBN banyak dilepas oleh foreign investor disebabkan potensi kenaikan harganya yang menurun. Hal ini karena negara-negara maju seperti AS dan Eropa berlomba-lomba menaikkan suku bunga untuk memerangi tingginya laju inflasi akibat naiknya harga komoditas.

Di pasar saham, korelasi antara pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan foreign fund flow cukup kuat. Dari bulan Januari 2019 hingga saat ini, kenaikan-penurunan IHSG diikuti oleh masuk-keluarnya aliran dana dari foreign fund, kecuali yang terjadi pada periode Maret 2020 s/d September 2020 pada saat awal merebaknya pandemi Covid-19.

Sumber : BEI, diolah
Sumber : BEI, diolah

Hubungan yang kuat juga terjadi pada pergerakan yield to maturity (ytm) SBN benchmark tenor 10 tahun dengan foreign fund. Pada periode Januari 2019 hingga saat ini, kenaikan-penurunan ytm berbanding lurus dengan keluar-masuknya aliran dana dari foreign fund. Yield to maturity merupakan tingkat keuntungan tahunan yang akan didapat oleh investor apabila memegang SBN hingga jatuh tempo.

Sumber : DJPPR Kemenkeu, diolah
Sumber : DJPPR Kemenkeu, diolah

Memperhatikan fenomena ini, bagaimana sikap kita, apakah akan menjadi follower foreign flow tersebut yakni dengan ikutan membeli jika terjadi akumulasi beli dari foreign investor dan ikutan jual apabila terjadi distribusi jual oleh foreign investor, ataukah akan contrarian yakni berinvestasi yang berlawanan arah dengan akumulasi beli atau distribusi jual oleh foreign investor?.

Tidak ada data yang valid mengenai siapa sih sebenarnya investor asing tersebut, apakah investor institusi ataukah ritel, ataukah sebenarnya orang Indonesia yang memiliki perusahaan cangkang di luar negeri lalu berinvestasi balik ke Indonesia. Dari pemberitaan yang ada baik pada media online maupun offline, dapat diasumsikan bahwa investor asing yang berinvestasi pada portfolio di Indonesia adalah investor institusi asing yang merupakan pengelola dana (fund manager) global maupun hedge fund yang memiliki asset under management (AUM) yang besar seperti Blackrock, Bridgewater, KKR dll

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun