Sains adalah satu-satunya harapan yang masih bisa memandu kita dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang di Indonesia sudah jelas tidak terkendali penyebarannya. Kebenaran berdasar sains harus di sampaikan apa adanya tanpa di bungkus oleh topeng kekuasaan politik kekuasaan.
Terkait uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac ini, ada prosedur baku dan estimasi waktu yang sudah jelas dan tidak mungkin di persingkat apalagi dengan motif kepentingan di luar kaidah sains. Sampai saat ini, belum ada sebulan uji klinis tersebut di mulai, para relawan uji klinis ini harus di observasi setidaknya selama 6 bulan ke depan. Selanjutnya, data tentang hasil uji klinis tahap 3 ini beserta telaah kritis atas data tersebut harus di sampaikan dengan terbuka dan bisa di baca oleh ilmuan di pelbagai institusi baik dari dalam atau pun luar Indonesia.Â
Jadi, jelas bahwa sampai pada akhir tahun ini tidak mungkin kita bisa memastikan hasil uji klinis tahap 3 tersebut. Upaya pemerintah yang di wakili oleh menteri Erick Tohir yang menyatakan akan memberikan vaksin tersebut kepada 15 juta penduduk menjadikan pemerintah seolah menawarkan solusi definitif dalam mengatasi pandemi ini. Hal ini menunjukkan secara jelas bahwa pemerintah telah menelikung prosedur dan protokol sains yang sudah baku, dan ini sangat berbahaya karena keinginan masyarakat untuk segera bisa hidup normal seolah di penuhi oleh pemerintah dengan harapan palsu (false hope).
Telaah kritis dan terbuka harus tetap di berikan kepada otoritas sains, tanpa ada tekanan kepentingan maupun campur tangan narasi patriotisme, sehingga mereka yang tidak mendukung pembelotan terhadap prosedur baku ini dianggap tidak nasionalis dan tidak mendukung produk anak bangsa. Semoga semua otoritas sains di berbagai perguruan tinggi masih cukup waras untuk menjaga dan memelihara marwah dan integritas serta berani menolak nafsu kepentingan pihak pemerintah yang jelas-jelas ingin mempercepat penggunaan vaksin Sinovac ini. Bahkan sebelum ada bukti ilmiah yang meyakinkan tentang keamanan dan efektifitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H