Mungkin masih begitu banyak dari teman karib yang belum mengenal apa itu “FSTVLST” dan siapakah mereka? Oke kita akan bahas ini bersama. FSTVLST atau sering juga ditulis dengan nama lengkap “FESTIVALIST” adalah sebuah band asal kota gudeg Yogyakarta yang digawangi oleh Farid Stevy Asta (vokal), Roby Setiawan (guitar), Humam Mufid Arifin (bass guitar), Danish Wisnu Nugraha (drum) dan Rio Faradino (keyboard). Mereka mengusung sendiri genre atau aliran mereka dengan nama “Almost Rock Balery Art”. Band ini dibentuk tahun 2003, merupakan reinkarnasi dari nama yang melekat sebelumnya yaitu “JENNY” dan telah merilis sebuah album berjudul Manifesto di tahun 2009. Dengan lagu-lagu hits-nya seperti Manifesto Post-modernisme, Maha Oke, Mati Muda, dan diikuti oleh beberapa lagu lagu lainnya. Awalnya JENNY beranggotakan 4 orang termasuk Farid Stevy Asta dan Roby Setiawan, sedangkan dua lainnya Arjuna Bangsawan dan Anish Setiadji yang saat itu memegang kendali bass guitar dan drum mengundurkan diri karena alasan pekerjaan dan kepentingan keluarga. Sebagai penghormatan untuk dua personel yang telah mengundurkan diri, akhirnya Farid dan Roby memutuskan untuk mengistirahatkan nama JENNY, dan memutuskan untuk mengganti nama menjadi FSTVLST. Dengan menambah aroma baru berupa formasi personel yang telah disebutkan diatas.
Sore itu kala matahari sedikit meredup, sebuah Cafe bernama Warung Ngopi Bjong di kawasan Jalan Wahid Hasyim, Sleman, Yogyakarta tampak begitu ramai dipenuhi motor-motor yang terparkir rapi di halaman depan cafe. Minggu 8 September 2013, sebuah acara yang digelar oleh komunitas Layar Maya dari Institut Seni Indonesia (ISI) yang bertajuk “Sharing Sore Bedah Lirik FSTVLST & Proses Kreatif Farid Stevy Asta.
Acara dibuka lewat penampilan band lokal ISI dengan lantunan lagu-lagu dari The Lakshitos dan juga Expoxit band. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi santai yang dimoderatori oleh Shodiq dan pematerinya Farid Stevy Asta, vokalis FSTVLST sekaligus menjadi figur proses kreatif dalam acara tersebut. Farid sendiri merupakan seorang seniman sekaligus desainer dan telah menghasilkan beberapa karya maupun prestasi. Siapa yang tidak tahu logo milik PT. KAI (Kereta Api Indonesia) sekarang? Jika pun tahu, itu merupakan salah satu hasil sentuhan karya dari Farid Stevy Asta. Selain itu ia juga telah mengikuti bahkan membuka pameran tunggal di berbagai kota di Indonesia.
Dalam diskusi bedah lirik tersebut Farid, sebagai wakil dari FSTVLST menjelaskan secara gamblang bagaimana lirik-lirik lagu dari mereka dibuat, dan juga tak lupa sedit menjelaskan tentang maksud dan arti dari lirik lagu itu sendiri.
satu yang terakhir dari tujuh saatnya tanggalkan baju perangku,
satu yang terakhir dari tujuh saatnya sandarkan tubuh lelahku,
satu yang terakhir dai tujuh saatnya tumpahkan keluh kesahku..
Beberapa potongan lirik dari lagu berjudul “Menangisi Akhir Pekan”, yang menjadi salah satu bahasan dalam acara sore itu. Penggalan lirik tersebut merupakan salah satu yang dikupas dalam acara tersebut. Makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut yaitu, “satu yang terakhir dari tujuh” maksudnya adalah hari Minggu. Sedangkan “saatnya tanggalakan baju perangku, saatnya sandarkan tubuh lelahku, saatnya tumpahkan keluh kesahku”, adalah bermaksud merujuk pada melepas sejenak rutinitas, rasa lelah, bahkan keluh kesah yang dijalani selama seminggu, mulai dari senin sampai sabtu. Karena dihari-hari itulah mulai dari yang sekolah, kuliah, maupun kerja berada dalam titik kesibukan. Jadi jika digabungkan kurang lebih mempunyai arti saat hari Minggulah waktu yang tepat untuk bersantai, berlibur, atau dalam bahasa gaulnya me-refresh penat pikiran dan melupakan sejenak rutinitas yang super sibuk dalam enam hari sebelumnya.
Dalam diskusi tersebut juga diadakan sesi pertanyaan tentang keseluruhan FSTVLST. Dan salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh hadirin yaitu, “apa arti sederhana dari aliran yang FSTVLST yang diberi nama Almost Rock Balery Art?”. Dengan santainya Farid menjawab kurang lebih , “kami sebenarnya kalau di bilang rock juga bukan rock banget, kalau dibilang alternative, juga kayaknya tidak begitu nyambung, jadi untuk menjaga nama baik genre atau aliran yang sudah ada, kami membuat terobosan baru dengan menamai aliran kami sendiri, yaitu “almost rock balery art”, atau dalam arti simpelnya, “seperti rock hampir seni”. Karena mungkin seni itu tidak bisa dipisahkan dengan kami yang berlatar belakang dari dunia seni itu sendiri”.
Setelah sedikit mengupas tentang beberapa makna lirik dan juga serba-serbi tentang FSTVLST, Farid menambahkan tentang keberadaan sebuah “Fans” bagi mereka itu adalah terkesan kurang akrab. Mereka lebih menjadikan penikmat musik FSTVLST sebagai teman ngobrol dan berbagi. Dengan mengusung konsep kesetaraan yang sekaligus mereka jadikan logo berlambang “=” (sama dengan), diharapkan mampu mengubah kehidupan mereka yang sebenarnya tidak menginginkan menjadi sebuah idola bagi orang lain. “jadilah dirimu sendiri dan jadilah kebanggaanmu sendiri”, pungkas Farid.
Di akhir acara, penampilan akustik dari personelFSTVLST dan sebuah video persembahan buatan kreatif Layar Maya untuk Farid dan kawan-kawan, menutup hingar bingar syahdu sore itu. Empat lagu yang dua diantaranya merupakan bagian dari album baru yang akan segera dirilis yaitu Ayun Buai Zaman, dan Satu Yang Terbela Selalu, turut disuguhkan. Disusul lagu Tanah Indah Untuk Para Terabaikan Rusak dan Ditinggalkan, serta diakhiri dengan lagu lainnya yang berjudul Menantang Rasi Bintang, yang kebetulan menjadi lagu single hits dalam beberapa waktu terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H