Mohon tunggu...
Muhammad Jati Kuncoro
Muhammad Jati Kuncoro Mohon Tunggu... Bankir - Penulis

Menulis, olahraga, travelling, kulineran dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Kebencian Membutakan Hati Nurani

20 November 2024   06:42 Diperbarui: 20 November 2024   06:44 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati yang penuh kebencian ibarat cermin yang telah buram. Tidak peduli seberapa keras kita mencoba melihat sesuatu dengan jernih, semua yang tampak hanyalah bayangan yang terdistorsi oleh emosi negatif. Ketika kebencian menguasai hati, hati nurani yang seharusnya menjadi kompas moral kita perlahan kehilangan arah.

Bagaimana bisa? Kebencian mengubah cara kita memandang dunia. Ia memupuk prasangka, menebalkan tembok ego, dan menutup pintu untuk empati. Dalam kondisi ini, menilai seseorang secara objektif hampir mustahil. Setiap tindakan atau perkataan orang lain akan selalu dilihat melalui lensa subjektif yang penuh prasangka.

Seseorang yang dipenuhi kebencian cenderung mengabaikan sisi baik orang lain, bahkan jika sisi itu begitu jelas terlihat. Pikiran akan terus mencari-cari alasan untuk memperkuat kebencian, dan akhirnya kehilangan kemampuan untuk berempati. Sebaliknya, orang yang memiliki hati nurani bersih mampu melihat dengan jernih, memahami situasi secara menyeluruh, dan mengambil keputusan berdasarkan kebenaran, bukan emosi.

Namun, ada jalan keluar dari siklus kebencian ini, refleksi dan pengampunan. Dengan meluangkan waktu untuk merenung, kita dapat mengidentifikasi akar dari kebencian itu sendiri. Apakah itu berasal dari luka lama, kekecewaan, atau kesalahpahaman? Setelah mengenali sumbernya, langkah berikutnya adalah mencoba memaafkan. Pengampunan bukan berarti melupakan atau membenarkan tindakan yang salah, tetapi memberi diri kita kesempatan untuk melepaskan beban kebencian.

Dengan hati yang bersih, kita bisa kembali melihat dunia apa adanya, tanpa prasangka atau keburaman emosi. Kita akan lebih mampu menilai orang lain secara objektif, memberikan penilaian yang adil, dan berinteraksi dengan lebih bijaksana. Sebab pada akhirnya, hati yang penuh kebencian tidak hanya merusak orang lain, tetapi juga menghancurkan diri kita sendiri.

Mari menjaga hati nurani tetap bersih, agar setiap langkah kita dipandu oleh keadilan, empati, dan cinta kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun