Sunni berpendapat, jika kita masuk surga, itu bukan karena amal shaleh kita tapi karena rahmat dan karunia Allah, namun Mu'tazilah berpendapat, orang yang beramal shaleh wajib masuk surga, karena itu sudah janji Allah dalam Qur'an.
Rasulullah SAW pun menyatakan bahwa dirinya masuk surga karena rahmat-karunia Allah. Berarti Nabi SAW lebih mengunggulkan rahmat-Nya daripada amalnya.
Bagi Imam Al-Asy'ari, bisa saja Allah memasukkan orang baik ke neraka dan orang jahat ke surga. Karena surga dan neraka adalah prerogatif Allah SWT, namun Kata Mu'tazilah, tak mungkin Allah mengingkari janjinya dengan memasukkan orang baik ke dalam neraka, karena ada ayat, "inna Allah la yukhliful mi'ad" (sesungguhnya Allah tak akan menyalahi janji-Nya).
Jadi dalam soal masuk surga, jika Mu'tazilah mengandalkan amal ibadah, maka orang sunni mengandalkan rahmat Allah.
Mengenai surga dan neraka yang ramai dipercakapkan para ulama Kalam jaman silam rupanya berlanjut sampai sekarang, namun bedanya pada jaman sekarang disikapi dengan sikap tuduhan dan mengkafirkan.
Surga dan Neraka adalah makhluk, tak sepatutnya beribadah mengharapkan makhluk ciptaan-Nya.
Lagian, keduanya masih tidak jelas bagi seluruh manusia. Keduanya itu terserah Allah.Terserah rahmat-Nya. Amal ibadah tidak bisa membeli rahmat-Nya. Maka, beribadah sewajarnya, menghamba semampunya.
Sisanya tinggal mengikuti takdir-Nya.
Sumber: Ali Ahmad Nawawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H