Mohon tunggu...
Muhammad Jabir
Muhammad Jabir Mohon Tunggu... profesional -

Urologist || http://muhammadjabir.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Seribu Suntikan

6 November 2009   11:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:25 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu kebiasaan berobat masyarakat 'pedalaman' yang kurang baik untuk kesehatan, yakni bila mereka datang ke dokter atau mantri merasa tidak diobati bila tidak disuntik. Terutama pasien yang sudah berumur.  Mungkin hal ini akan berbeda dengan masyarakat perkotaan yang cenderung untuk tidak mau disuntik walaupun ada indikasi untuk tindakan tersebut. Beberapa tahun silam ketika saya bertugas di Sinabang (Pulau Simeulue, NAD) saat pengobatan massal (pasca gempa Maret 2005) banyak pasien yang tidak mau pulang setelah diberikan obat oral (minum) namun belum disuntik. Akhirnya pada pengobatan massal berikutnya saya sengaja meminta  salah seorang perawat yang hanya bertugas menyuntik saja. Walau yang disuntikan hanya vitamin B1 atau B12. Yang penting pasien mau pulang ke rumah masing-maing setelah diberikan obat. Dalam beberapa hari saja, sudah mencapai seribu suntikan. Ini dihitung dari jumlah ampul obat yang habis dan stok alat suntik yang kami bawa.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kebiasaan minta disuntik ini terjadi : 1. Petugas medis dan paramedis dari dahulu sudah membiasakan pasien dengan suntikan. Tiap kali pasien datang berobat, pasti disuntik. Lama-kelamaan pasien terbiasa demikian. Kalau berobat mesti disuntik. Kalau tidak disuntik, merasa belum berobat. Mungkin salah satu alasan tenaga medis melakukan hal ini karena dengan menyuntik dapat mempercepat efek obat dan dapat menarik bayaran yang lebih dari pasien. Lumayan kan.. Kalau satu bokong 20 ribu, dua bokong berarti 40 ribu :-)

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat. Sangat jarang pasien yang mau mengetahui efek samping obat yang diberikan kepadanya di kemudian hari. Hal yang terpenting bagi mereka adalah kesembuhan. Bila mereka cepat baikan, mereka masih akan kembali ke dokter/mantri yang bersangkutan, namun bila dalam 1-2 hari tidak ada perbaikan mereka pasti akan beralih ke lain dokter. Padahal ada obat-obat tertentu yang efeknya nanti beberapa hari baru terasa.

3. Dokterpun tidak ingin kehilangan pasien. Bila pasien cepat baikan, mereka pasti masih mau kembali. Jika tidak, mereka pasti mencari dokter lain. Obat suntik (injeksi) jelas memberikan efek yang lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan obat oral. Obat intravena sudah mulai bekerja dalam beberapa detik dan obat intramuskular bekerja dalam belasan menit. Obat oral paling cepat bekerja dalam 2-4 jam setelah diminum. Pilih mana?

Namun ada satu hal yang perlu diingat bahwa obat adalah racun yang kadarnya kecil.  Bila takarannya berlebihan bisa meracuni tubuh. Tidak satupun obat yang tidak punya efek samping. Apalagi obat suntikan mempunyai kerugian dan kelemahan, antara lain : 1. Dapat menyebabkan syok anafilaktik, yakni keadaan dimana seluruh pembuluh darah bisa kolaps-kempes sehingga bisa menyebabkan kematian dalam waktu singkat, terutama suntikan intravena. Saya banyak menemui kasus syok namun tidak sampai pada syok anafilaktik. Namun, alhamdulillah tidak ada yg meninggal. Setelah mengalami kejadian seperti ini biasanya pasien langsung tobat untuk disuntik :-)

2. Bisa menyebabkan abses (bisul) di tempat suntikan. Ini untuk suntikkan intramuskular (dalam otot). Kasusnya lumayan banyak. Hal ini juga bisa membuat pasien tobat untuk disuntik.

3. Dalam jangka panjang lebih cepat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati.

My Other link :Dokter-Kesepian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun