Mohon tunggu...
Muhammad Jabir
Muhammad Jabir Mohon Tunggu... profesional -

Urologist || http://muhammadjabir.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jeuram, Kampung Sang Soefi

13 Desember 2009   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:57 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_37380" align="alignleft" width="300" caption="Sawah di belakang perumahan Jeuram"][/caption] Saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung karena bisa menyambangi kampung salah seorang pengajar cinta. Sebelumnya saya hanya bisa membaca sabda dan fatwa cintanya melalui kompasiana, facebook dan blog milik sang soefi. Bahkan saya tidak menyangka beliau akan bertandang ke ‘gubuk’ saya dan memperlihatkan wujud aslinya. Saya sejenak terpana dan terkesima, ternyata Sang Soefi masih sangat muda. Bagi yang belum pernah melihat wujud aslinya, mungkin akan kurang percaya akan penglihatannya. Beliau sangat jauh lebih muda daripada foto yang ia pampang di Kompasiana atau Facebook. Apa yang menjadi keistimewaan atau hal yang khas dari Jeuram (nama kampong Sang Soefi) adalah kerena beliau terlahir disana. Andai ada 10 orang Zulfikar Akbar di Aceh, mungkin Aceh akan selalu damai dan penuh cinta sejak dahulu kala. Selain itu ada keindahan alam yang masih terkesan perawan walau sebagian pantainya pernah ternodai oleh pagutan Tsunami. Daerah ini dulu dikenal sebagai lumbung padi Aceh, namun sekarang lahan padi sudah makin berkurang dengan makin meluasnya pemukiman penduduk.  Hal ini tidak terlepas dari system irigasinya yang bagus. Kekayaan alamnyapun luar biasa. Saat ini sudah ada tambang batubara, tambang emas, dan perkebunan kelapa sawit nan luas. Ladang ganja juga ada.. hehe.. Walau letaknya agak terpencil, namun sejak dulu sudah ada penerbangan perintis yang menuju Jeuram yang merupakan ibu kota Kabuten Nagan Raya (pecahan dari Kabupaten Aceh Barat). Dulu ada pesawat SMAC (Sabang Merauke Air Charter) yang biasa diplesetkan menjadi Siap Mati Atau Cacat karena pesawatnya yang sudah tua. Selain itu ada Merpati Airlines, Riau Airlines, Pelita Airlines, dan pesawat PBB. Namun saat ini yang ada tinggal Susi Air Kita mesti merogoh kocek 700 ribu rupiah untuk mencapai kampong ini dari Medan, Sumatera Utara. Menurut berita, tidak lama lagi Lion Air akan melayani penerbangan ke Jeuram.Bila menggunakan jalan darat, bisa ditempuh dengan 15 jam dari Medan dan sekitar 8 - 10 jam dari Banda Aceh. Lumayan jauh... Seperti daerah Aceh yang lainnya, di Jeuram menjamur warung kopi. Sehingga wajar bila Aceh juga dijuluki sebagai Negeri dengan Seribu Warung Kopi. Mungkin setiap 50 meter kita akan menemukan warung kopi. Malah banyak yang berjejeran, namun semua  tetap ramai terutama pagi dan malam hari. Di warung-warung kopi ini kita akan menemukan pembicaraan mulai tentang pertanian sampai masalah politik. Warung kopi juga menjadi tempat pelarian para PNS yang tidak jelas “job description”-nya di kantor. Anak-anak SMU di desa-desa pinggiran banyak yang nyantri di malam hari walaupun pagi hari mereka harus ke sekolah. Suasana kekeluargaan begitu kental. Masyarakat disini sangat murah senyum. Saya belum menemukan tandingannya di daerah lain. Saya pernah tinggal di Buton, Kendari, Makassar, sering ke Medan, dan sekarang di Surabaya. Namun senyum orang Jeuram (dan mungkin orang Aceh keseluruhan) paling mudah mudah tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan harga barang yang mahal. Misalnya kalau di Surabaya kita masih bisa minum jus alpukan dengan harga 2.500-3.000 rupiah, tapi di Jeuram harga jus alpukat paling murah 6.000 rupiah. Harga barang yang lain demikian juga. Mungkin perlu diusulkan adanya tunjangan kemahalan di daerah ini. Nilai-nilai adat masih dijunjung tinggi. Menurut teman-teman saya dari Aceh bagian lain, Jeuram adalah daerah yang masih sangat memegang adat istiadat. Bahkan terkesan masih primordial. Saya kira hal ini tidak lepas iklim keterbukaan pada dunia luar yang masih kurang. Jika Anda adalah petualang sejati, cobalah berkunjung ke Aceh. Alhamdulillah sudah aman. Bermusafirlah untuk melihat keagungan Allah azza wa Jalla. Kita akan menemukan suasana yang unik di daerah ini bahkan tidak menutup kemungkinan berjumpa dengan Sang Soefi. [caption id="attachment_1337" align="aligncenter" width="468" caption="Pantai barat Jeuram dari Udara. Berderet rumah bantuan korban Tsunami"][/caption] [caption id="attachment_1338" align="aligncenter" width="468" caption="Kebun di bibir pantai Seunagan, Jeuram"]

Awan di Atas Jeuram. Jeuram tidak mengenal musim kemarau. Paling lama 3 minggu hujan 'libur' turun ke tanah ini. Makanya sangat subur
Hujan lokal di tengah sawah. Dalam satu waktu kadang antar 2 desa yang berdekatan, yang satu hujan deras, yang lain tidak hujan sama sekali. Unik memang..
[/caption] Tulisan terkait : Eksotisme Pantai Barat Aceh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun