Hari ini saya ada tugas mengumpulkan beberapa rekam medik pasien di ruang rawat inap bedah urologi. Ruangan itu penuh dengan lelaki semuanya. Kondisinya banyak yang memprihatinkan. Kebanyakan menderita penyakit yang memang khusus di derita oleh lelaki. Saya pikir penyakit-penyakit seperti ini kalau diskrining/ditapis atau disadari sejak awal oleh kaum pria, mungkin tidak akan separah ini. Kalau pada wanita ada program skrining kanker serviks dan payudara sampai ke tingkat puskesmas mengapa pada pria tidak ada skrining kanker prostat? Secara nasional ada program kesehatan Ibu dan Anak, kenapa suami dilupakan? Apakah kesehatannya tidak perlu diperhatikan? Kebanyakan wanita menuntut agar selalu dimengerti karena wanita memang mesti dimengerti. Wanita menuntut emansipasi karena katanya sejak dahulu dijajah pria. Tapi kadang emansipasi kebablasan sehingga malah menjadikan wanita tak berharga dan dihargai. Untuk wanita ada hari Ibu, baik hari tingkat nasional maupun internasional. Dalam bidang kesehatan nasioanl ada program khusus untuk wanita yakni kesehatan Ibu dan Anak. Kesehatan reproduksi dan imunisasi orang dewasa lebih banyak ditujukan untuk wanita. Wanita memang adalah sosok yang harus dihormati dan diberikan perhatian lebih. Mereka yang melahirkan umat manusia. Syurga akhirat terletak di bawah telapak kaki para ibu. Kebaikan seorang suami dilihat dari bagaimana ia bisa menghargai istrinya. Tapi pernahkah orang berpikir bahwa kenapa tidak ada Hari Bapak Sedunia? Kalau belum ada, bagaimana kalau hari ini ditetapkan sebagai Hari Bapak Sedunia? Saya kira lelaki juga perlu diperhatikan. Lelaki juga ingin dimengerti dan dihargai. Sebenarnya banyak hak laki-laki yang tidak terpenuhi. Kadang tidak seimbang dengan kewajibannya yang terlalu banyak. Laki-laki juga selalu ingin hidup sehat dan bahagia? Kok kesehatan Ibu saja yang diperhatikan ? Makanya di puskesmas saya dulu program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) saya ganti dengan program KIAS (Kesehatan Ibu, Anak dan Suami). Hehe.. Banyak juga kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa lelaki. Mulai dari yang paling ringan sampai berat. Mulai dari tekanan batin akibat perlakuan istri sampai dipotong kemaluannya atau bahkan dibunuh oleh istri/pasangannya. Mungkin salah lelaki, tapi saya kira tidak perlu diperlakukan separah itu. Bapak-bapak yang merokok dibiarkan mati bersama rokoknya. Serangan jantung membunuhi lelaki satu persatu tanpa ampun. Berapa banyak lelaki yang menderita disfungsi ereksi atau ejaklasi dini dan harus menderita batin karenanya. Lelaki banyak dibiarkan jadi preman dan perampok. Apakah pemerintah peduli itu semua? Banyak lelaki yang mendapat kedudukan jadi pejabat dijerumuskan oleh wanita ke kubangan korupsi. Tak bisa dihitung dengan jari lagi betapa banyak lelaki yang mati bahkan bunuh diri karena wanita. Mungkin wanita akan mengatakan "itukan salah lelaki sendiri". Kasihan sekali lelaki. Sebagian lelaki yang pulang dari cari nafkah ke rumah disambut oleh wajah cemberut dari wanita yang menunggu rumahnya, makanan tak tersedia, malah kemarahan yang didapatkan karena terlambat pulang. Belum lagi disertai dengan tuduhan yang tidak beralasan. Rumah kadang tidak lagi jadi istana dan tempat melepaskan lelah. Masuk dalam rumah bagai masuk ke hutan rimba yang dihuni hantu atau raja rimba. Lelaki harus makan hati pada kelakuan wanita yang kadang tidak masuk akal. Otak kaum lelaki dijelaji dengan pertunjukan aurat wanita yang membuat mereka harus menderita dalam kegelisahan. Entahlah...Masih banyak hal yang membuat kita mesti kasihan pada para lelaki. Semua itu seoleh tertutup oleh teriakan 'kesetaraan gender'. Mungkin hal ini perlu diperhatikan juga oleh banyak orang terutama pemerintah. Tidak bisa dipungkiri bahwa lelaki masih mendominasi di segala bidang. Kalau mereka sehat baik jasmani dan rohani, pembangunan bangsa akan lebih baik. Kalau moral mereka baik, mungkin korupsi bisa dikurangi. Bila kita mengintip siapa yang memenuhi majelis taklim dimanapun, mayoritas adalah wanita. Jika anda mendata siapa yang paling banyak ikut pengajian atau harakah Islam, semuanya surplus wanita. Lelaki sangat sedikit. Makanya tidak heran bila koruptor, makelar kasus (markus), dan pelaku kemaksiatan didominasi oleh lelaki. Jangan kaget bila ada lelaki yang poligami berbuat tidak adil pada istri-istrinya. Jadi seharusnya lelaki juga mendapat perhatian yang 'lebih' dan diberikan 'sedikit' keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H