Mohon tunggu...
Muhammad Jabir
Muhammad Jabir Mohon Tunggu... profesional -

Urologist || http://muhammadjabir.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bijak dalam Bercinta

9 Mei 2010   15:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:18 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_137207" align="alignleft" width="168" caption="Pohon kurma di halaman masjid Baiturrahman Banda Aceh"][/caption] Kata orang bijak..Bijaklah dalam segala hal.Termasuk bijak dalam bercinta. Kata para pecinta..Cinta itu butuh pengakuan dan kesadaran. Orang bisa mengatakan cinta kepada Laila, tapi bila Laila tidak mengakuinya dan tidak menyadarinya maka cinta tak akan berbalas. Ketika sesuatu saat yang dicintai menjadi tak layak dicintai. Mungkin karena ia berkhianat atau jatuh ke kasta terendah. Namun jadikanlah ia patut menerima kembali cinta itu. Kalau memang ia ingin menjadi lebih baik, maka cinta tetap layak untuknya.Cintailah sosok dia dimasa depan, jangan berusaha membenci masa lalunya. Namun jika ia tetap dalam kehinaannya, berpikirlah untuk menyelamatkan diri dari cinta seorang pasangan yang menyiksa. Masih ada para pecinta lain yang lebih arif dalam bercinta. Cinta itu mesti berideologi. Kadang cinta itu buta sehingga cinta tak bernalar. Tetap nyalakan ideologi dalam cintamu. Ia bisa menjadi penerang tatkala dunia gelap oleh cinta yang tak berindera. Jikalau mencinta janganlah terbagi. Bila memang harus terbagi, berbagilah dengan indah dan simetris. Kadang cinta memang harus terbagi. Cinta sejati adalah cinta yang mengantarkan manusia menuju kecintaan pada pemilik segala sesuatu termasuk cinta. Jikalau cinta sesama insan menjauhkan manusia dari cinta pada-Nya dan malah mengundang murka-Nya, berlepas dirilah dari cinta yang demikian. Cintailah seseorang yang bisa mengantar kita pada syurga dunia dan akhirat. Apalah artinya mereguk nikmat cinta dunia yang sementara, namun mengorbankan nikmat mereguk madu cinta dalam syurga akhirat. Carilah cinta yang membuat kita memberbanyak tasbih pada-Nya, bukan cinta yang menghalangi kita bersujud pada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun