Sebelum Juni menutup usia senja di kota ini
Ku pelihara namamu abadi
Sebagai sajak sampah paling sunyi
Sembari menyaksikan ironi yang tertuang dalam diksi
Dan gemintang malam yang kau tinggalkan
Untuk semua kejenuhan yang tertanggal kan
Menjeremba langit-langit malam yang Kalis
Sebagai semenjana yang paling paripurna
Adalah saksi tanpa batas
Jika udara yang merekam suaramu telah karam
Di teriknya rindu yang lebam
Jangan larang diksi ini mengembara sebagai keluh
Untuk semua kesadaran yang telah melepuh
Menjadi pembunuh arumimu di semua pembuluh
Kau adalah satu-satunya nafas kehidupan yang paling purba
Tapi kau juga menjadi satu-satunya keindahan yang dipenuhi nestapa
Pesona mu di setubuhi nafsu anggara
Sebelum tubuhmu dipenuhi rongsokan candramawa
Sekali lagi berkunjunglah pada biara nurani
Barangkali di sana ada setitik cahaya yang memburai
Untuk menyua wajahmu yang purba
Agar wangimu kembali meruap di udara
Dan bila tiap kataku dapat kau pahat menjadi nyawa waktu
Akan kau saksikanuu nafasku mengembara bagai Angin
Setiap desirnya rutin menyampaikan keinginan
Untuk menjagamu dari semua tangan yang bersekutu
Merangkaimu menjadi sampah
Dan mengepung wangimu di semua wilayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H