Mohon tunggu...
Muhammad isra
Muhammad isra Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu berusaha

tiakar,kecamatan guguak,KAB.50 kota

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masuk Lobang Tak Keluar Lagi

18 Desember 2021   07:59 Diperbarui: 18 Desember 2021   08:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak terhitung sudah ribuan orang tewas untuk membangun Lobang Jepang ini. Kami menyebutnya lubang, bukan goa.  Karena lubang ini memang dibuat oleh Jepang pada masa penjajah dulu," jelas Fauzi salah satu pemadu wisata kepada BloodPers.com,  Minggu (5/12/2021).

Lobang Jepang sendiri berada di Taman Panorama yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Jam Gadang yang berada di pusat kota. Jika jalan kaki hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.

Menurut Fauzi, lubang tersebut di buat atas instruksi Letjen Moritake Tanabe Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Balatentara Jepang. Lubang perlindungan tersebut, konon mampu menahan letusan bom seberat 500 kg. Konstruksi lubang ini dikerjakan sejak Maret 1944 dan selesai pada awal Juni 1944 dengan total pembuatan selama kurang lebih 3 tahun dengan kedalaman mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah.

"Untuk membangun lubang ini, Jepang mempekerjakan secara paksa orang-orang yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada orang Bukittinggi yang mengerjakan lubang ini untuk menjaga kerahasiaan. Orang sini malah dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak," jelas Fauzi.

MenurutFauzi, Lobang Jepang di Bukittinggi merupakan salah satu lubang yang terpanjang di Asia mencapai lebih dari 6 kilometer dan beberapa tembus di sekitar kawasan Ngarai Sianok, Jam gadang yang terletak di samping Istana Bung Hatta, dan juga di Benteng Fort De Kock yang masuk di wilayah Kebun Binatang Bukittinggi. Saat ditemukan pertama kali pada awal tahun 1950, pintu Lobang Jepang hanya 20 cm dengan kedalaman 64 meter.

Lalu setelah dikelola dan dibuka secara umum oleh pemerintahan setempat pada tahun 1984, mulut lubang tersebut dibuat lebih nyaman untuk dilalui. Sayangnya dinding telah ditutup semen dan di bagian dalam juga banyak divariasikan untuk memasang panel listrik sehingga kehilangan bentuk aslinya. Selain itu juga banyaknya coretan di dinding yang dilakukan oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab.

"Pintu masuk utama melalui Taman Panorama dan untuk turun kita harus melewati ratusan anak tangga ke bawah yang nanti akan tembus di tepi jalan," jelasnya. Sambi menelusuri tangga, Fauzi menceritakan untuk kebutuhan wisata, lorong Lobang Jepang yang dibuka hanya kurang dari 1,5 kilometer sehingga hanya membutuhkan paling lama 20 menit untuk sampai di ujung jalan. Sedangkan lubang yang mengarah ke Ngarai diberi teralis. "Ada 21 lorong kecil yang fungsinya bermacam-macam mulai sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, pintu pelarian, ruang penyergapan serta penjara. Namun yang menyeramkan adalah ruang dapur yang juga difungsikan untuk memotong-motong tahanan yang sudah tewas lalu dibuang melalui lubang air ke bawah," jelasnya.  Ruang dapur sendiri berada tepat di sebelah ruang penjara.

Fauzi menunjukkan lubang kecil yang berada di ujung bawah dapur. "Tahanan yang tewas akan dipotong-potong di meja itu lalu potongannya dibuang di lubang ini. Mengapa dipotong? Agar tidak nyangkut di lubang yang mengarah ke Ngarai Sianok sehingga jasadnya akan sulit ditemukan. Nah kalau bagian atas ini adalah menara pengintai, " jelasnya sambil mengarahkan senter ke bagian atas. "Memang sengaja ditutup dengan trali besi," tambahnya. Ia juga menunjukkan kontur dinding lubang yang dibuat tidak merata dan berceruk. Fungsi dari cerukan tersebut adalah agar suara dalam lubang tidak bergema. "Jadi jika ada tahanan yang disiksa maka suaranya ya hanya sebatas lorong ini saja. Lihat dindingnya. Jika terkena air maka akan semakin kuat," jelasnya. Lantas Fauzi menunjukkan lubang penjara yang sudah ditutup bagian ujungnya. "Dulu di sini bukan hanya untuk memenjarakan mereka yang melawan dan tidak mau bekerja. Penjara ini juga berfungsi untuk memenjarakan perempuan-perempuan sebagai budak seks Jepang. Mereka tidak diberi makan berhari-hari sehingga banyak yang tewas," jelasnya.

Pada saat gempa pun, Lobang Jepang tersebut terbukti kuat. Ia mencontohkan saat terjadi gempa beberapa waktu yang lalu hanya lapisan semen yang rontok, sedangkan kontur dindingnya tetap utuh.

"Di dalam sini sekarang ada alat khusus yang mendeteksi jika ada gempa maka sinyalnya akan menyala. Hal ini untuk mengantisipasi keamanan pengunjung agar bisa segera di evakuasi," katanya. Fauzi juga bercerita saat belum dibuka untuk umum, masyarakat banyak menemukan tengkorak dan alat untuk membangun seperti cangkul. Termasuk juga peralatan makanan yang terbuat dari batok kelapa dan bambu. "Semuanya sudah dimuseumkan," ujar lelaki lajang yang mengaku menjadi guide atau pemandu wisata sejak berumur 7 tahun tersebut.  Pintu masuk Lobang Jepang berada di Taman Panorama yang memiliki pemandangan ngarai cukup indah.

Biasanya wisatawan akan ditemani pemandu yang akan menarik biaya sekitar Rp 60.000 dan akan keluar melalui lubang di ujung lain. Namun jika Anda tidak ditemani oleh pemandu, biasanya Anda perlu memberikan sedikit tips kepada mereka untuk membuka jika tidak ingin kembali ke pintu masuk dan melewati tangga yang mencapai 132 anak tangga.  Jika Anda mengunjungi Bukittinggi, luangkan waktu mengunjungi Lobang Jepang untuk mengetahui bagian dari sejarah Indonesia. Seperti kata Presiden Soekarno, "Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun