Mohon tunggu...
Muhammad Irwan Hidayat
Muhammad Irwan Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pendidikan Universitas Pamulang

Jika sudah waktunya, hujan akan turun Jika sudah masanya, bunga akan mekar Jika sudah ridho-Nya, doa-doa akan dijawab

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stigma Perempuan Ujung-ujungnya di Dapur dan Pemimpin itu Harus Laki-laki

23 November 2024   09:29 Diperbarui: 23 November 2024   10:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stigma Perempuan Ujung-ujungnya di Dapur Dan Pemimpin itu Harus Laki-laki mungkin pernah kamu dengar atau bahkan pernah merasakan kalimat ini.

Hal apa yang harus kita sikapi dalam permasalahan ini? Apakah stigma itu benar? Atau hanya sekedar kalimat yang sudah menjadi turun temurun di masyarakat kita?

Stigma bahwa laki-laki itu harus menjadi pemimpin dan perempuan itu tugasnya di dapur merupakan sebuah patriarki di sebuah sistem sosial, yang dimana menempatkan laki-laki sebagai superior sedangkan perempuan sebagai subordinat. Stigma Ini telah mengakar dalam masyarakat terutama daerah pedesaan.

Stigma ini masih saya dengar di desa saya, salah satu desa di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.

Stigma in diucapkan oleh orang tua ke anaknya apabila anak perempuan ingin sekolah ke jenjang selanjutnya (sma- Sederajat atau ke atas nya). Salah satu contoh ucapannya adalah" Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya memasak, mengurus anak & Suami serta kerja di dapur?

Pertanyaan-pertanyaan dan ucapan itu akan menjadi ibarat sebuah pisau yang tajam yang melukai, dan akan mengubur semua mimpi dan cita-cita.

Hal yang harus diperhatikan, apa yang akan terjadi? Hal ini akan berdampak terhadap.

1. Pembatasan Peran Perempuan

Stigma itu secara langsung membatasi peran perempuan dalam masyarakat, membatasi kesempatan untuk berkarir, mengejar pendidikan maupun kepemimpinan. Dan bahkan menganggap perspektif negatif

2. Ketimpangan Gender

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun