Sesuai dengan cara berpikir dan tradisi-tradisi yang berlangsung pada zamannya, mereka telah mampu menciptakan cara-cara untuk melestarikan keseimbangan lingkungan hidup.
Banyak tradisi-tradisi yang hidup dalam kebudayaan masyarakat di pedesaan yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan implikasi positif bagi kelestarian lingkungan hidup.
"Kampung Adat Cikondang ini merupakan salah satu kampung yang masih terjaga lingkungan alamnya karena masyarakatnya masih menggunakan nilai-nilai kearifan lokal dalam menjalani kehidupan," terang Lora Nidia, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM
Lora menyampaika bahwa lingkungan hidup Kampung Adat Cikondang masyarakat Kampung Adat Cikondang terdiri atas lingkungan alam yang meliputi benda-benda alam seperti hutan keramat, mata air Cikondang, dan Gunung Tilu.
Kemudian lingkungan biologis meliputi masyarakat kampung adat Cikondang dan tanaman padi/pahare) serta lingkungan sosial seperti upacara adat wuku taun di rumah adat.
Masyarakat kampung Cikondang mempunyai hubungan timbal balik yang selaras dengan lingkungannya. Hubungan ini terwujud dalam bentuk interaksi.
Dalam interaksinya yang berlangsung secara terus menerus, masyarakat kampung Cikondang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang memberi petunjuk tentang apa yang dapat diharapkan oleh masyarakat kampung Cikondang dari lingkungannya.
Baik secara alamiah maupun sebagai hasil dari tindakannya (akibat), dan tentang apa yang boleh dilakukan (amanat) dan apa yang tidak boleh dilakukan (pamali) serta keyakinan spiritual masyarakat Cikondang memperlakukan lingkungannya bahwa alam berkaitan dengan hal yang ghoib.
Alam Tidak Di Hati Mereka
Anehnya yang menuduh syirik dan takhayul itu sendiri tak peduli dengan kelestarian alam, dengan alasan pembangunan dan modernisasi
Mereka tidak menempatkan alam dihati mereka, slogan bersahat dengan alam hanya sebagai jargon kampanye saja yang sering dan banyak dilakukan oleh golongan yang menuduh syirik dan takhayul