Mohon tunggu...
Muhammad Irwan
Muhammad Irwan Mohon Tunggu... -

Mengikatlah Diri ke Musafir Ulama dan Ulama Musafir lalu teruslah mengikat Simpulnya dengan kuat, teruslah mengikuti sampai akhirnya kembali kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Puncak Lawu, Ternyata Surga itu diatas Api

28 Juli 2017   11:27 Diperbarui: 28 Juli 2017   12:58 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga konon sosok Sabda Palon ini juga merupakan makhluk gaib yang menjadi pelindung dan penjaga raja-raja di tanah Jawa sejak 525 tahun sebelum masehi (SM) yang bisa menitis kepada seseorang.

Sang Manik Maya ini juga disebut-sebut dapat membuat kawah air panas di atas sejumlah gunung berapi di tanah Jawa bergolak.

Bagi orang Jawa yang berpegang pada kawruh Jawa pastilah memahami tentang apa dan bagaimana Semar.

Suara Tanpa Rupa Penjaga Pulau Jawa

Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Semar adalah merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk melaksanakan tugas agar manusia selalu menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur serta berjalan pada jalan kebaikan.

Di kalangan spiritualis Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa "suara tanpa rupa".

Secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini dengan istilah "mencolo putro, mencolo putri", artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud berlainan di setiap masa

Tempat Sakral Puncak Lawu

Para pendaki dan traveler terutama untuk pendaki pemula berlakulah sopan dan ramah selama berada di gunung lawu

Ada tata cara (toto kromo : bahasa jawanya)yang mesti dipatuhi

Di Gunung lawu banyak tempat yang dikeramatkan/disakralkan oleh raja raja Jawa dulu hingga sekarang termasuk kerajaan Mangkunegaran Surakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun