Mohon tunggu...
Muhammad Irsyad
Muhammad Irsyad Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penikmat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Safira dan Senja

25 September 2024   16:13 Diperbarui: 25 September 2024   16:17 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang paling menyenangkan jikalau sudah bersamanya. Namanya adalah Safira, atau Safira Queensha Salsabila Agatha Ulani. Sering aku kebingungan bila memanggil namanya. Terkadang hanya Safira, atau hanya .... Salsabila ..., Ulani ..., Agahtha ... dan terkadang juga Queensha. Tapi, yang paling sering aku sebut adalah Safira. Mendengar hal itu, ia hanya tersenyum seraya perlahan mendekatkan  wajahnya yang putih bersinar itu, hingga dekat sekali, hanya untuk melihat mataku dalam-dalam, sambil berkata :

 "Ok!"

 Aku terkejut, panik dan gemetar luar biasa. Tiba-tiba saja tekanan darah di tubuhku , melonjak drastis. Tanpa sepengetahuanku, ia melakukan suatu gerakan yang hampir saja membuat hatiku copot. Kini, perasaanku langsung melambung tak jelas, jantungku rasa-rasanya mau terbang, melayang penuh arti. Tak berlebihan kukatakan bahwa sekarang aku jatuh cinta, sungguh cinta.

Dengan keakraban itu, maka tak heran, kemana pun kami pergi dan dimana pun kami berada, kami pasti selalu bersama, berdua. Apalagi bila ada pertandingan sepakbola, maka kami berdua adalah supporter yang paling meriah, paling ribut dan paling semarak. Kami mendedikasikan diri sebagai supporter terunik, lain dari pada yang lain. Jikalau ada supporter lain yang masing-masing membela tim kesayangannya, maka kami bukan seperti itu, bukan. Kami  berdua akan sangat senang sekali bila melihat bola masuk ke gawang, tanpa peduli siapa kawan maupun lawan. Kami akan meluapkan segalanya, sambil berpegangan tangan dan meloncat-loncat girang lalu memekik :

"Goooolllllll ..... Golllllll .... Goooolllllll"

 "Goll ... Goolll ... Gooollllll"

Jika kami berada di stadion olahraga misalnya saja Stadion Gelora Bung Karno, maka kami berdua selalu sepakat untuk memesan tiga tiket, empat balon tepuk, dua kacamata hitam dan tempat duduk yang paling dekat dengan lapangan. Ada dua alasan sebenarnya. Pertama, dengan memesan tiga tiket, otomatis tempat duduk kami sangat leluasa untuk bergerak bebas, mengekspresikan semua jati diri kami sebagai supporter yang sebenarnya. Kami bisa berdiri, dengan memakai kacamata hitam penuh gaya, bergoyang kesana kemari sambil memegang bola tepuk untuk menambah kemeriahan yang ada. Kedua, bila berada di dekat lapangan, sudah pasti kami berdua dapat melihat dengan jelas sudut-sudut mana bola yang menjebol gawang. Ini adalah kebahagiaan kami yang tiada tara. Kami berdua, jelas bahagia, sangat bahagia.

Bukan hanya itu saja, salah satu sifat Safira yang sangat aku kagumi adalah sikapnya murah hati dan senyumannya .... alamak, menawan sekali. Ketika aku kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah, tanpa sungkan, ia langsung menyingsikan lengan bajunya, melebarkan bola matanya sambil memasang radar yang lebar lalu berceloteh apa saja, kadang-kadang tak keruan, tapi inilah yang sangat meramaikan hatiku.

"Oh, yang ini ....!!!"

"Yang ini, kan ... ya ...?!"

 "Gampang ini, tinggal was ... wis ... wus ... wes ... selesai, Aman!!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun