Mohon tunggu...
Muhammad Irvan Lubis
Muhammad Irvan Lubis Mohon Tunggu... Administrasi - Fresh graduated boys

Telah lulus dari sebuah kampus. Sedang meratapi kehidupan. Siap belajar apapun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Jadi Apa?

16 Agustus 2019   01:53 Diperbarui: 21 Agustus 2019   03:21 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: writesensemedia.co.uk

Usia setiap tahunnya akan terus bertambah, begitupun dengan masalah yang akan menerpa. Semakin tua kita, semakin banyak juga hal yang akan dilewati dan dihadapi. Dari sekolah dasar, masalah terbesar yang paling sering dialami adalah ketika tidak mengejarkan PR yang diberikan guru, bolos, membuat nangis teman, dan permasalah sederhana lainnya. 

Dulu jika diingat, ketika masalah-masalah itu menerpa, seketika pikiran ingin cepat beranjak dewasa. Lucunya. Masuk ke jenjang sekolah menengah pertama, proses peremajaan dari yang biasanya pulang selalu dijemput, mulai pulang bersama teman. Kebahagiaan mendalam ketika kita meledek salah satu temen kita yang ada di kelas, dan hal yang paling menyebalkan ketika kita yang sedang menjadi sasaran ledekan di kelas. Di masa itu, berasa sekali perubahan antara jenjang sebelumnya, pengenalan lingkungan yang agak liar. Diajak ikut tawuran antar sekolah. Menyewa satu angkot untuk pulang bersama. Permasalahnnya masih hampir sama, masih perihal tugas dan sejenisnya. Di sekolah menengah atas/kejuruan mulai belajar kemandirian, memperbanyak relasi teman, mencoba hal-hal yang baru, nongkrong hingga pulang malam. 

Kapan terakhir kamu dapat tertidur dengan tenang? Salah satu lirik hindia - secukupnya yang begitu bermakna. Proses kehidupan akan terus berjalan. Masalah baru juga akan siap datang dan terkadang masalah lalu masih juga menghantui. 

Kegelisahan terjadi ketika ingin melelapkan raga, memenjamkan mata, beribu pertanyaan hadir di dalam kepala. Ketakutan menghadapi sesuatu, kesedihan mengingat kenangan yang lampau, dan keberanian yang harus dibangun di dalam diri. Semuanya menjadi satu dan menggangu jam istirahat.

"Mau jadi apa?"

Semakin menua, cita-cita yang ditanamkan sejak dini seketika mulai pudar dan berubah. Jadi seperti apa selanjutnya, kita sendiri kadang tidak tau. Apa yang kita cari, gaji yang besar? Berkerja di suatu korporasi ternama, dan berharap gaji yang didapatkan bisa membuat kita puas berbelanja yang kita inginkan di Mall ternama di sebuah kota? Atau kembali mengejar hasrat/cita-cita yang diingingkan sebelumnya? 

Walau hampir selalu berubah cita-cita yang dikejar. Seperti menjadi penulis karena hasrat dan keinginannya menciptakan karya tulis atau menjadi penyanyi solo dengan lirik yang dibuatnya karena banyak keresahan yang perlu disuarakan? Bingung, kan? Sama. 

Mau jadi apa selanjutnya, mari kita lihat ke depannya. Peluang dan keberuntungan akan datang. Kita hanya perlu berproses, bertahan menghadapi prosesnya, dan berusaha mengubah diri menjadi lebih baik dengan berproses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun