Untuk Miss World 2016, beberapa sesi penjurian dinilai menuai kontroversi mulai dari karantina sampai malam grand final. Apalagi banyak kalangan mengakui bahwa proses penjurian pada malam grand final sarat akan isu politik, yang menandakan hilangnya kredibilitas di ajang milik Julia Morley. Faktor penyebabnya ditandai dengan adanya dua National Director Negara peserta yang duduk di bangku penjurian. Keduanya adalah Lilyana Tanoesoedibjo selaku National Director Miss World Indonesia dan Wilnelia Merced selaku National Director Miss World Puerto Rico. kontroversi lain selain malam grand final yaitu pada sesi Beauty With a Purpose (BWAP). Banyak yang meragukan kemenangan Indonesia di sesi ini, karena proyek BWAP Indonesia dianggap biasa-biasa saja.
Lebih mengejutkan, Indonesia meraih posisi runner up pada sesi Top Model bahkan mengalahkan Yaritza Reyes yang merupakan top model. Selain itu, kabarnya gaun yang dikenakan para peserta pada sesi top model adalah gaun hasil rancangan dari desainer Indonesia, Puerto Rico dan Kenya. Sehingga hasil dari Miss World 2016 adalah Stephanie Del Valle yang merupakan perwakilan Negara Puerto Rico dinobatkan sebagai Miss World 2016. Adapun Natasha Mannuela yang mewakili Indonesia meraih posisi ketiga serta perwakilan Kenya yang lolos sebagai finalis di 5 besar.
Kita bisa mengklarifikasi kontrovesi ini. jika memang Miss World 2016 erat kaitannya dengan isu politik, mengapa Yana Dobrovolskaya (russia) tidak berhasil tembus 20 besar? Padahal si Barbie hidup bermata biru ini mega favorit diantara semua kontestan. Apalagi salah satu dewan jurinya yaitu Ksenia Sukhinova yang merupakan Miss World 2008 yang berasal dari Russia. Hal serupa juga dialami Miss Turkey yang gagal tembus 20 besar. Adalah Azra Akin, miss world 2002 yang berasal dari turki merupakan salah satu dewan juri pada malam grand final. United State yang diwakili Audrey Mari terhenti di 10 besar. Sementara peluangnya untuk menembus 5 besar sangat besar karena posisinya sebagai tuan rumah. Bahkan dewan juri dari Inggris Raya ada empat, lalu kenapa tak satupun perwakilan dari negara-negara Inggris Raya tembus 20 besar? ini menunjukkan bahwa bukan miss world organization yang hilang kredibilitasnya, melainkan penyebar isu tersebut yang terlalu implausible.
Disaat para pengagum Catriona Gray menyatakan bahwa “dia layak juara”, bisa saja para juri sepakat mengatakan “ah siapa bilang?”. Dewan juri memiliki kriteria tersendiri dalam penjurian sesuai dengan aturan penilain yang diberlakukan. Ketika juri dinilai subyektif itu sebenarnya salah, dikatakan obyektif juga tidak sepatutnya. mereka punya alasan masing-masing dan bisa mepertanggung jawabkannya di hadapan dunia.
Kita bisa melihat pertanggung jawaban dewan juri tersebut dengan cara mencari tahu dari diri pribadi masing-masing pemenang, karena kemenangan itu bukan dilihat aspek mega favorit saja, melainkan ada aspek terpenting yang dinilai dan hal itu hanya bisa diketahui oleh para juri. Catriona Gray memang cantik dan merupakan keistimewaan tersendiri untuk dirinya. Akan tetapi penilaian tidak hanya dari kesempurnaan fisik saja sebagaimana yang kita ketahui pada umumnya. Penilaian lain yang terpenting adalah kecerdasan,interpersonal communication/sikap, dan tentunya dukungan. Layakkah kita mengatakan bahwa Catriona Gray berhasil tembus ke babak 20 besar karena menang fast track Miss Popularity semata?
Adapun di ajang Miss Earth 2016 tidak ada masalah mengenai kebencian pageant fans Philipina terhadap wakil Indonesia. Indonesia yang diwakili Luisa Andrea gagal tembus sebagai semifinalis. sama halnya di ajang Miss Intenational 2016 tidak ada pengaruhnya terhadap kebencian mereka karena prestasi perwakilan philipina lebih baik dari Indonesia. Kylie Verzosa menjadi pemenang di ajang ini sedangkan Felice Hwang meraih posisi ketiga.
Tidak bisa dibayangkan seperti apa reaksi pageant fans Philipina jika Felice Hwang yang dimahkotai. Mungkin mereka berspekulasi negatif karena Yayasan Puteri Indonesia pernah mengundang Edymar Martinez (Miss International 2015) di Pemilihan Puteri Indonesia 2016 lalu. Akan tetapi di Miss International juga terdapat isu permainan politik yang ditandai dengan berkunjungnya presiden Philipina ke Jepang dan ke tempat karantina Miss International. haruskah kita berspekulasi bahwa kemenangan Kylie Verzosa itu adalah kemenangan atas “the power of president?”.
Sangatlah dimaklumi jika tejadi perang antar pageant fans di Grandslam pageant. Apalagi jika ada perwakilan negara_dengan sashfactorlemah_yang berhasil mencuri perhatian dunia karena auranya, maka akan ada banyak cara pageant fans lain berusaha untuk menjatuhkannya. Dengan adanya pageant fans philipina yang sentimental, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil jika kita ingin merangkumnya. Salah satunya adalah jika ada yang membenci kita atas prestasi yang kita raih, biarlah hal itu terjadi, karena ketika kebencian itu ditujukan kepada kita maka pertanda bahwa pageant kita sangat kuat. Bukan hanya kuat, tetapi juga telah mencapai puncak kesuksesan.
Full Support untuk Kezia Warouw di Miss Universe
Miss Universe 2016, grandslam pageant paling bergengsi dan ditunggu-tunggu di seluruh dunia akan diselenggarakan di Philipina pada 30 januari 2017 yang berarti lampu kuning untuk kezia warouw, pemenang Puteri Indonesia 2016 dalam berkompetisi memperebutkan mahkota yang masih berada di atas kepala Pia Alonso Wurtzbach. Kezia akan berkompetisi di negara powerhouse pageant dimana ia harus kuat menghadapi sikap dishasmonis pageant fans Philipina terhadapnya. Kita percaya bahwa Yayasan Puteri Indonesia tidak pernah salah dalam memilih wakil untuk membawa nama Indonesia di Miss Universe, termasuk kezia. Si Noni Manado ini dikenal sebagai sosok perempuan kuat karena berasal dari kawasan Indonesia timur dimana karakternya tekenal kuat dan keras. Bukan hanya fisik, tapi juga mental. Sosok cerdas, anggun, dan tulus juga dimiliki kezia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H