Hari itu, aku dan dua sahabatku, Mira dan Anton, akhirnya memutuskan untuk pergi ke Lembah Harau. Perjalanan ini menjadi pelarian kami dari rutinitas kota yang melelahkan.
Kami memulai perjalanan dari Kota Padang menggunakan mobil sewaan. Sepanjang perjalanan, kami bercanda, mendengarkan musik, dan berbagi cerita, membuat perjalanan lebih menyenangkan.
Jalan menuju Harau penuh dengan tikungan tajam, tetapi pemandangannya luar biasa. Di kiri dan kanan, hamparan sawah hijau dengan latar bukit menciptakan suasana tenang yang memanjakan mata.
Kami sempat berhenti di sebuah warung kecil untuk membeli makanan ringan. Pemilik warung dengan ramah memberi kami informasi tentang rute terbaik menuju Harau.
Setelah perjalanan sekitar empat jam, kami tiba di gerbang Lembah Harau. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi menyapa kami, memberikan kesan megah yang tak terlupakan.
Kami melanjutkan perjalanan ke homestay sederhana milik Pak Hasan, seorang penduduk setempat. Lokasinya dikelilingi sawah dan pepohonan, memberikan suasana damai yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Setelah istirahat singkat, kami menuju air terjun Sarasah Bunta, salah satu destinasi terkenal di Harau. Perjalanan melewati jalan setapak yang dikelilingi hutan kecil dengan suara burung yang menenangkan.
Air terjun Sarasah Bunta benar-benar memukau. Airnya jernih dan segar, mengalir dari tebing tinggi. Kami merendam kaki di air yang dingin, merasakan kesegaran yang sulit didapatkan di kota.
Sore itu, kami menikmati matahari terbenam di balik tebing Harau. Langit oranye keemasan membuat pemandangan lembah semakin menakjubkan. Kami duduk diam, menikmati momen itu tanpa kata.
Malamnya, Pak Hasan menyajikan makan malam khas Minangkabau. Hidangan seperti rendang, gulai daun singkong, dan sambal lado membuat kami makan dengan lahap sambil mendengarkan cerita Pak Hasan.
Keesokan paginya, kami berjalan-jalan santai menyusuri pematang sawah. Suara burung dan kabut tipis yang menyelimuti sawah menciptakan suasana yang begitu damai.