Ketika dunia telah memasuki babak baru globalisasi dan revolusi industri, ternyata di belahan dunia lain masih terdapat negara yang sulit memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Salah satu negara yang masih memiliki krisis pangan adalah Ethiopia. Krisis pangan bukanlah masalah baru bagi Ethiopia, melainkan masalah alot yang hingga saat ini sulit diselesaikan. Ditambah lagi, ketika konflik bersenjata meletus di wilayah Tigray pada  2021 lalu yang hingga tahun 2024 masih berlangsung memperparah masalah krisis pangan Ethiopia.
Ketahanan Pangan menjadi solusi dan fokus dunia internasional untuk mengatasi krisis pangan yang masih terjadi. Dan PBB sudah merangkum tujuan tersebut dalam poin kedua Suistanable Development Goals (SDGs), yakni Tanpa Kelaparan. PBB percaya bahwa kelaparan dapat diberantas pada generasi mendatang, dan meremajakan rantai pasokan global, mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan, dan meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa semua orang yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi memiliki akses ke makanan bergizi. Maka dari itu, ketahanan pangan dalam pembangunan berkelanjuan dianggap menjadi solusi krisis pangan yang terjadi di Ethiopia.
Krisis Pangan Ethiopia
Selama dua dekade terakhir, Ethiopia telah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan investasi dalam layanan sosial dasar. Meskipun demikian, kekurangan gizi dan kerawanan pangan masih menjadi masalah utama di seluruh negeri. Jutaan orang telah terjebak dalam kebutuhan dan kemiskinan yang parah sebagai akibat dari krisis yang berlipat ganda dan sering kali tumpang tindih.
Kebutuhan masyarakat pun terus meningkat sebagai akibat dari konflik, kekeringan, penyakit, dan inflasi yang berkepanjangan, terutama di daerah-daerah di mana aset produktif dan mata pencaharian mereka telah hancur akibat guncangan yang berkepanjangan. Jutaan orang di seluruh negara bergantung pada bantuan kemanusiaan karena kekurangan gizi, kelangkaan air, penyakit, dan keadaan darurat ternak. Pemerintah mengatakan bahwa 16 juta orang di seluruh negeri kekurangan makanan, dengan hampir setengahnya mengalami keadaan darurat atau kerawanan pangan yang parah. Ini menunjukkan bahwa banyak orang tidak hanya lapar, tetapi juga kelaparan.
Pada tahun 2024, diperkirakan 15,8 juta orang membutuhkan bantuan pangan. Ini termasuk sekitar 4 juta pengungsi internal yang harus meninggalkan rumah mereka karena konflik 2020--2022 di utara dan kekeringan yang parah di tenggara dan selatan. Tidak hanya itu, kondisi krisis pangan di Ethiopia bertambah parah ketika konflik bersenjata meletus selama beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi konflik di wilayah Tigray di Ethiopia dan negara tersebut terus menghadapi kerawanan pangan. Diperkirakan 16 juta orang membutuhkan bantuan pangan hingga Agustus 2024
Dampak Konflik Bersenjata
Ethiopia, salah satu negara dengan penduduk terbanyak di Afrika, akan memiliki 130 juta orang pada tahun 2024. Selama empat puluh tahun terakhir, negara ini telah mengalami kekeringan dan kekurangan pangan, yang diperburuk oleh konflik, ketidakstabilan politik, dan cuaca ekstrem.
Pada bulan November 2020, Perdana Menteri Ethiopia mengumumkan keadaan darurat di wilayah Tigray setelah pasukan Tigray menyerang pangkalan militer federal di wilayah itu. Pemerintah di Tigray mengatakan bahwa pasukannya bertindak untuk membela diri terhadap serangan yang direncanakan oleh pemerintah federal, meskipun pasukan federal Ethiopia menganggap serangan tersebut sebagai tidak beralasan. Selama dua tahun konflik, ribuan orang meninggal dan jutaan orang mengungsi ke dalam. Konflik juga memperburuk kekeringan dan kekurangan pangan yang parah di Tanduk Afrika dan Ethiopia antara tahun 2020 dan 2022.
Ethiopia menghadapi banyak tantangan pada tahun 2023, yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan kemanusiaan. Pada akhir tahun, diperkirakan ada 15,4 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Penyebab utama kerawanan pangan dan malnutrisi adalah konflik aktif di beberapa wilayah, efek konflik utara dari 2020--2022, tantangan ekonomi makro yang berkelanjutan, dan guncangan iklim, seperti kekeringan bersejarah di Afar, Amhara, dan Tigray pada tahun 2020--2022, dan banjir di selatan yang disebabkan oleh El Nio. Inflasi diperkirakan akan terus mengikis daya beli masyarakat dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, meskipun pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat.
Solusi Food Security dalam SDGs
Untuk menjaga ketahanan pangan dan mengatasi krisis pangan yang masih terjadi, maka PBB percaya bahwa Food Security adalah kuncinya. Food security sendiri sudah menjadi rencana dan fokus PBB dalam konsep SDGs poin kedua, yakni tentang End Hunger, Achieve Food Security And Improved Nutrition And Promote Sustainable Agriculture.
Ada beberapa poin yang menjadi target SDGs, khususnya dalam hal food security yang harus benar-benar terealisasikan hingga tahun 2030.
Pada tahun 2030, target SDGs akan menghilangkan kelaparan dan memastikan semua orang, terutama mereka yang miskin dan berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi, memiliki akses ke makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun. Selain itu, target SDGs juga akan memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan praktik ketahanan pertanian yang meningkatkan produksi dan produktivitas, membantu menjaga ekosistem, dan meningkatkan kapasitas adaptasi terhadap perubahan.
Menghentikan semua jenis malnutrisi Pada tahun 2030, menghilangkan semua jenis kekurangan gizi, termasuk mencapai target internasional untuk anak kurus dan pendek di bawah usia lima tahun dan pada tahun 2025 memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui.
Tujuan dari SDG 2, memberantas krisis pangan, adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan gizi, dan mendorong pertanian berkelanjutan. Selain itu, sejak didirikan lebih dari enam puluh tahun yang lalu, Program Pangan Dunia (WFP) telah berkomitmen untuk mengakhiri kelaparan. Pekerjaan kami membantu mengatasi penyebab utama kelaparan dan memastikan makanan yang cukup dan bergizi untuk semua orang dengan membangun ketahanan, beradaptasi dengan perubahan iklim, mendorong gizi yang baik, dan meningkatkan sistem pangan. Jutaan nyawa telah diselamatkan dan jutaan orang lainnya mengalami perbaikan.
World Food Programme, Ethiopia. Diakses di https://www.wfp.org/countries/ethiopia
James Landale, Ethiopia: UK Warns Of Food Crisis Triggered By War And Drought. BBC, diakses di https://www.bbc.com/news/world-africa-68198484
James Goddard, Ethiopia: Conflict And Food Insecurity 40 Years On From The 1984 Famine. House of Lords Library, diakses di https://lordslibrary.parliament.uk/ethiopia-conflict-and-food-insecurity-40-years-on-from-the-1984-famine/
Bappenas.go.id, Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan Dan Gizi Yang Baik, Serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan. Diakses di https://sdgs.bappenas.go.id/17-goals/goal-2/Â
United Nations, Food Security Nutrition And Suistanable Agriculture. Diakses di https://sdgs.un.org/topics/food-security-and-nutrition-and-sustainable-agricultureÂ
World Food Programme, WFP and the sustainable development goals. Diakses di https://www.wfp.org/sdgs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H