Kearifan lokal dan modernisasi merupakan dua hal yang sering dianggap berbeda dalam aspek pendidikan. Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Njatrijani, 2018). Kearifan lokal biasanya berfokus pada pengetahuan, adat istiadat, praktik, ataupun nilai yang diwariskan turun-temurun dalam sekelompok masyarakat. Di sisi lain, modernisasi berfokus pada perkembangan global yang meliputi perubahan sosial, ekonomi, teknologi, dan sejenisnya. Dalam dunia pendidikan, modernisasi telah membawa perubahan besar dari segi fasilitas, kurikulum, ataupun pendekatan pembelajaran. Meskipun demikian, upaya untuk tetap mempertahankan kearifan lokal di tengah arus globalisasi menjadi tantangan utama yang harus dihadapi. Perlu adanya dorongan dari berbagai pihak untuk tetap peperkuat kearifan lokal dalam sistem pendidikan.
Faiz (2020), menyatakan untuk dapat mempertahankan eksistensi budaya, diperlukan penanaman rasa cinta akan kebudayaan lokal pada generasi muda. Sistem pendidikan berperan dalam menjaga kearifan lokal. Hal tersebut sangat membantu generasi muda untuk memahami dan menghargai kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, kearifan lokal juga mengajarkan nilai moral dan etika penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal banyak mengandung ajaran tentang gotong royong, solidaritas, dan keadilan sosial. Nilai yang terkandung dalam kearifan lokal sangat sesuai untuk diterapkan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. Dengan pendidikan berbasis kearifan lokal, tujuan untuk melestarikan budaya dan membangun masyarakat yang lebih harmonis serta berkelanjutan akan terealisasikan.
Namun pada kenyataannya, pendidikan berbasis kearifan lokal menghadapi tantangan besar di era modernisasi. Salah satu tantangan utama adalah adanya persepsi bahwa kearifan lokal dianggap kuno dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Terlebih dalam era globalisasi, kekhawatiran akan pudarnya kearifan lokal yang dikelilingi oleh budaya barat menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi kearifan lokal (Harirah, 2021). Banyaknya generasi muda yang memilih untuk fokus pada pendidikan menjadi salah satu penyebab kearifan lokal seringkali terpinggirkan. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya populer daripada belajar tentang budaya dan tradisi mereka sendiri. Akibatnya, banyak kearifan lokal yang mulai terlupakan atau bahkan hilang karena tidak ada lagi generasi penerus yang berminat untuk melestarikan.
Sistem pendidikan seringkali hanya fokus pada kurikulum modern yang menjadi penyebab ancaman pengembangan kurikulum berbasis kearifan lokal tidak mampu berkembang dengan maksimal. Dalam banyak kasus, pendidikan formal di Indonesia masih sangat terpusat dan homogen, sehingga mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam pembelajaran sehari-hari menjadi tantangan tersendiri.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kearifan lokal dalam ruang lingkup pendidikan. Beberapa strategi tersebut meliputi integrasi antara sistem pendidikan dengan kearifan lokal yang ada, pemanfaatan teknologi untik menyebarluasan, pelatihan bagi pendidik, hingga keterlibatan komunitas lokal.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H