Mohon tunggu...
Muhammad Iqra Rizky
Muhammad Iqra Rizky Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi yang tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Pendidikan Multikultural dalam Mengintegrasikan Keberagaman di Kalimantan

24 Juni 2024   15:38 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:29 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

a. Pendidikan Multikultural

     Pendidikan Multikultural berasal dari dua kata utama yaitu pendidikan serta multikultural. Pendidikan ialah proses-proses yang bekaitan dengan pemindahan ilmu pengetahuan dari satu orang ke orang yang lain atau Transfer of Knowledge. Sedangkan Multikultural memiliki arti Secara etimologis, kata "multi" mengacu pada keberagaman atau banyaknya, sementara "kultural" berasal dari kata "culture"  yang mencakup budaya, tradisi, norma, dan pemeliharaan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan multikultural adalah proses yang bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara menyeluruh dengan menghargai keberagaman dalam budaya, etnis, suku, dan agama sebagai hasil dari keragaman tersebut. 

b. Konflik Sampit

     Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki banyak keberagaman di bidang suku, agama, etnis, hingga adat istiadat. Pulau Kalimantan sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia juga terdiri atas keberagaman suku, agama, adat istiadat yang ada. Suku Dayak, suku Banjar, suku Melayu, dan suku Kutai menjadi contoh keberagaman suku yang mendiami pulau Kalimantan. Kepercayaan yang dianut masyarakat kalimantan juga beraneka ragam, diantaranya adalah Islam, Katolik, Kristen hingga kepercayaan lokal seperti Kaharingan.

     Akan tetapi, keberagaman tersebut dapat mengakibatkan konflik horizontal yang bahkan menimbulkan korban jiwa. Sebagai contoh Konflik Sampit yang terjadi pada tahun 2001 ini melibatkan suku Dayak dan suku Madura. Latar belakang mengapa sampai terjadi konflik di Sampit, Kalimantan Tengah ini adalah dikarenakan semakin banyaknya pendatang suku Madura yang diam di Kalimantan Tengah. Suku Madura yang semakin banyak kemudian berhasil menguasai perekonomian disana. Akan tetapi masyarakat setempat merasa bahwa suku Madura tidak menghormati adat istiadat disana. Sejatinya Konflik Sampit 2001 adalah puncak dari pertikaian yang ada. Konflik-konflik kecil antara warga Dayak dan Madura sebenarnya juga terjadi sebelum itu. Berdasarkan data yang didapat dari Yayasan Denny JA dan LSI Community di dalam bukunya yang berjudul "Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi: Data, Teori, dan Solusi, jumlah korban jiwa mencapai 469 orang sedangkan 108.000 orang mengungsi. Dampak kerugian lain yang terjadi adalah ribuan rumah habis dibakar, dan juga ratusan kendaraan bermotor rusak.

     Pendidikan sebagai salah satu hal yang sangat penting bagi kemajuan dan pondasi suatu negara dapat memberikan dampak positif terhadap kondisi sekitar. Di tengah keberagaman masyarakat kalimantan yang multikultural tersebut penting untuk mengajarkan mengenai pendidikan multikultural guna mencegah tragedi seperti Konflik Sampit tersebut terulang kembali.

     Akan tetapi, di dalam penerapan pendidikan multikultural di sekolah masih kerap mendapatkan tantangan tersendiri. Sebagai contoh saja, masih maraknya kasus bulying baik secara verbal dan juga fisik yang menyerang seseorang dikarenakan orang tersebut memiliki kondisi yang berbeda. Bahkan terkadang oknum guru juga menjadi pelaku bullying. Tentunya hal tersebut sangatlah disayangkan sekali. Guru yang seharusnya menjadi contoh di dalam penerapan bagaimana pendidikan multikultural dijalankan, ternyata juga menjadi bagian dari pelaku diskriminasi.

     Pemberian pendidikan multikultural di tengah kondisi masyarakat yang heterogen layaknya di Kalimantan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang mendorong berkembangnya pluralisme budaya. Tujuan dari pendidikan multikultural adalah hidup berdampingan secara damai. Dengan pendidikan multikultural masyarakat dapat melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Pemberian pendidikan multikultural terhadap masyarakat khususnya anak-anak yang masih menempuh bangku sekolah dapat memupuk sikap toleransi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan terhadap orang berbeda suku, agama, maupun agama dan pada akhirnya dapat membuat mereka di masa depan hidup secara berdampingan. Selain itu, pendidikan multikultural juga bertujuan untuk mengajarkan peserta didik menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk digunakan secara efektif di dalam masyarakat yang heterogen serta bagaimana di kemudian hari cara untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan juga berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda dengannya.

     Berkaca dari konflik yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah pada masa lalu. Ketidaksetaraan juga menjadi salah satu penyebab pecahnya konflik. Suku Dayak seringkali merasa tersisikan dalam hal akses pendidikan dan juga pekerjaan di tanah mereka sendiri. Apabila pemberian pendidikan multikultural pada saat itu sudah dilakukan, maka mungkin saja dapat menjadi langkah preventif sebelum terjadinya konflik.  

     Keberagaman suku, agama, dan juga budaya di Pulau Kalimantan hendaknya harus disikapi secara bijak. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan multikultural yang bermanfaat untuk membangun masyarakat yang toleran, damai, dan memanusiakan sesama manusia. Selain itu pemberian pendidikan multikultural di sekolah tidak hanya membuat sisswa dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Akan tetapi juga dapat membuat kecerdasan emosional siswa di dalam menghadapi perbedaan dapat terbentuk. Hal ini sesuai dengan salah satu ungkapan yakni "Educating the mind, without educating the heart, it's not education at all." Yang artinya "Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, bukanlah pendidikan sama sekali."

Andrian, N. (2024, Februari 18). Ketidaksetaraan Jadi Pemicu Kerusuhan Sampit 2001. Retrieved from nasional.tempo: https://nasional.tempo.co/read/1834870/ketidaksetaraan-jadi-pemicu-kerusuhan-sampit-2001 Diakses pada 22/6/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun