Tidak dapat dipungkiri, pandemi COVID-19 ini membawa banyak dampak terhadap kehidupan manusia, salah satunya adalah jumlah investor saham yang meningkat secara pesat pada akhir-akhir ini.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis data bahwa sepanjang tahun 2020, jumlah investor di Indonesia meningkat hingga mencapai 3,53 juta investor atau meningkat 42% dibandingkan pada tahun 2019 lalu, dengan peningkatan investor saham mencapai 1,5 juta investor atau 36,13%.
Kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman Banyu (anggap saja ini nama asli), yang merupakan seorang investor saham angkatan COVID-19.
Sejak dulu sebenarnya Banyu takut ketika mendengar kata "investasi" atau "saham", karena yang ada di dalam benaknya hanya memikirkan tentang rugi dan tertipu. Hal itu disebabkan oleh pengalaman saudaranya yang pernah mengalami kerugian hingga 150 juta rupiah akibat terjebak dalam investasi bodong. Saudaranya itu tergiur dengan kalimat "melipatgandakan uang".
Semua anggapan itu seketika berubah, sekitar 2 bulan lalu, ketika Banyu menonton salah satu konten youtube milik Raditya Dika yang berjudul "Niat Main Tenis Malah Kena Palak..." yang berisi percakapan antara seorang abang (Raditya Dika) dengan kedua adik perempuannya (Ingga dan Anggi) yang membahas tentang bagaimana cara menabung untuk dana pensiun dan membeli mobil baru.
Banyu menontonnya penuh hingga akhir video.
Seketika itu Banyu berpikir, sepertinya dia juga perlu untuk investasi.
Banyu pun segera mengirimkan sebuah pesan singkat kepada temannya yang telah lama menjadi investor saham dan juga bekerja sebagai Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Investasi pada salah satu sekolah tinggi ilmu ekonomi di Jakarta.
"Ajarin gue main saham dong," kata Banyu.
"Buat apa?"
Banyu seketika terdiam. Dia tidak tau harus jawab apa. (#1 Biasanya mereka tidak tau alasan atau tujuan berinvestasi)