Mohon tunggu...
muhammad ilyasa
muhammad ilyasa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa yang lagi berusaha menjai psikolog

Just Wanna Share

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sosial Media dan Kesehatan Mental : Sebuah Resiko dan Manfaat

15 Desember 2024   13:20 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:37 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sosial Media

Saat ini, kita hidup di era di mana media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja. Sebuah survei pada 2022 menunjukkan bahwa 95% remaja berusia 13-17 tahun menggunakan media sosial, dengan lebih dari sepertiganya menghabiskan waktu di platform tersebut hampir setiap saat. Coba periksa screentime harianmu, bagaimana hasilnya?

Platform seperti YouTube, TikTok, Snapchat, dan Instagram adalah beberapa media sosial paling populer di kalangan remaja. Media sosial memungkinkan kita untuk terhubung dengan banyak orang di seluruh dunia, bahkan dengan mereka yang tidak kita kenal sama sekali. Namun, di balik manfaat keterhubungan ini, muncul fenomena di mana pengguna sering tenggelam dalam rasa ingin tahu yang tak berujung, seperti "sedang apa ya dia sekarang?" atau "apa update terbaru di dunia saat ini?". Hal ini membuat kita terus-menerus menggulirkan layar (scrolling) hingga berjam-jam, yang pada akhirnya bisa memicu kecanduan.

Sayangnya, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membawa berbagai dampak negatif, seperti gangguan kualitas tidur, menurunnya kemampuan konsentrasi, dan perasaan terisolasi. Hal ini terutama terjadi di kalangan remaja. Lebih parahnya lagi, algoritma media sosial dapat memperkuat paparan terhadap konten berbahaya, seperti isu gangguan makan atau perilaku menyakiti diri sendiri. Konten-konten ini sering kali terjebak dalam bubble algorithm, yang membuat perilaku menyimpang tampak normal bagi pengguna yang terus terpapar.

Generasi Z, sebagai kelompok yang paling sering terpapar media sosial, menghadapi risiko besar. Sebanyak 32% perempuan dalam kelompok ini melaporkan bahwa media sosial memengaruhi citra tubuh mereka secara negatif. Selain itu, sejak 2011, laporan mengenai kesedihan, kesepian, dan gejala depresi meningkat tajam di kalangan remaja. Pada 2021, hampir sepertiga siswa sekolah menengah mengalami kesehatan mental yang buruk.

Namun, tidak semua dampak media sosial bersifat negatif. Jika digunakan secara bijak, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat. Kita dapat menggunakannya untuk mencari inspirasi, memperluas wawasan melalui konten edukasi, mengembangkan kreativitas, dan membangun koneksi sosial yang positif. Bahkan, media sosial juga membuka peluang ekonomi bagi banyak orang.

Mengingat dampak positif dan negatif yang telah kita bahas, sudahkah kamu mengevaluasi cara menggunakan media sosialmu? Apakah kebiasaanmu saat ini mendukung kesehatan mental dan produktivitasmu, atau justru sebaliknya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun