Pemilihan Kepala Daerah secara serentak semakin dekat, menandakan semakin intensifnya persaingan antar calon.Berbagai upaya dan strategi dilakukan oleh para calon untuk memenangkan kontestasi ini, tidak terkecuali di Kabupaten Jeneponto. Saat ini Masyarakat Jeneponto kini diperhadapkan dengan situasi politik yang dimana empat putra daerah dengan latar belakang yang berbeda ikut berpartisipasi  dalam momentum 5 tahunan ini, dengan tujuan untuk memperbaiki kabupaten Jeneponto.
Sejalan dengan hal tersebut, sebagai generasi muda atau Gen-Z juga seharusnya mengambil peran untuk kemudian mengkritisi dan menilai para calon pemimpin di Butta Turatea ini. Gen Z diharapkan dapat menilai dengan bijak program program yang dijanjikan oleh para paslon tersebut. Apalagi, Kita semua mengetahui bahwa Kabupaten Jeneponto adalah salah satu kabupaten termiskin di sulawesi selatan. Oleh karena itu ini seharusnya menjadi sorotan utama bagi para Paslon untuk kemudian memikirkan dan menawarkan solusi konkret atas permasalahan ini. Berbagai calon sudah b melakukan Kampanye Dialogis ataupun Dialog Publik untuk memaparkan Visi dan Misi-nya dan baru baru ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jeneponto memberikan ruang  yang kedua kalinya untuk para Paslon untuk melakukan Debat Publik yang juga disiarkan di media sosial (Live Streaming). Proses ini seharusnya cukup bagi kita Gen-Z untuk menilai dengan cermat potensi para paslon untuk bagaimana kedepannya bisa memimpin Kabupaten Jeneponto serta merusmuskan solusi terkait isu isu kedaerahan yang sangat penting. Misalnya lapangan kerja, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, krisis air bersih, kelangkaan pupuk dan tambak udang yang merugikan masyarakat pesisir.
Sebagai generasi muda/Gen-Z sudah seharusnya juga kita bisa membedakan antara  negarawan, politikus. Secara singkat defenisi antara negarawan dan politikus adalah Negarawan adalah yang memberikan jiwa raganya untuk negara/daerah, sedangkan politikus adalah mereka yang mencari sesuatu untuk jiwa raganya dari negara/daerah. Di Kabupaten Jeneponto sendiri tidak jarang kita menemukan fenomena politikus yang dimana tidak ada lagi suara yang disuarakan dan tidak ada lagi pesan yang disampaikan, semuanya hanya untuk kepentingan pribadi, dan itu terlahir salah satunya hasil dari Politik Uang/Money Politik.
Makanya, Seringkali hasil Pemilu ditentukan dengan sebarapa banyak uang yang dikeluarkan paslon untuk dibagikan ke masyarakat secara langsung (Politik Money), dan sialnya, Politik Money ini perlahan dinormalisasikan oleh sebagian masyarakat, yang pada akhirnya  hal ini yang kemudian melahirkan pemimpin yang hanya memikirkan diri atau koalisinya sendiri, yang nantinya justru akan membuat kebijakan Politik yang tidak mewakilkan suara Publik.
Sebagai Gen-Z sudah seharusnya kita peduli terhadap situasi sekarang, kita tidak boleh diam dan pasif melihat politikus dengan cara kotornya itu terjadi. Â Sudah saatnya kita bersikap kritis dan aktif mengawasi proses pemilihan pemimpin kita agar tetap berlangsung secara sehat. Sudah menjadi keharusan kita untuk memilih pemimpin yang betul betul ingin membangun Butta Turatea ini lebih baik, tanpa melihat dari rahim mana ia dilahirkan, tanpa peduli letak geografisnya ia dilahirkan dan tanpa intervensi dari pihak manapun.
Sebagai penutup, saya ingin mengutip dari pernyataan  William Blake "Jika manusia bijaksana, pangeran yang paling sewenang-wenang tidak akan bisa menyakiti mereka. Jika mereka tidak bijaksana, pemerintah yang paling bebas akan terpaksa menjadi tirani."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H