Mahasiswa Universitas Mercu Buana, Meruya. Jurusan S1 Akuntansi Nama : Muhammad Ilham Darmawan NIM : 43221010028 Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak
Kita sebagai bagian dari salah satu penduduk yang bertempat tinggal di tanah Jawa, sudah seharusnya masyarakat hadir niat dan perilaku untuk bisa melestarikan dari adat dan budaya adiluhung yang sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang dari masa lalu.Â
Penduduk Jawa terkenal dengan sebuah kebudayaan dan adat istiadat yang terus berkembang, yang kemudian melahirkan berbagai macam hal baik yang berupa sebuah pengetahuan mengenai kehidupan sehingga masyarakat Jawa memaknai dunia dan juga arti dari kehidupan. Â
Penduduk Jawa menciptakan berbagai macam adat dan kebudayaan, yang salah satunya yaitu cara untuk bisa memaknai dari sebuah peristiwa atau fenomena dari sebuah kehidupan yang kemudian diproyeksikan ke dalam bentuk berupa simbol tertentu yang didalamnya mengandung makna filosofis.Â
Maka dari itu, tida heran jika pada akhirnya sebuah pengetahuan filosofis tersebut akan melebur dan juga diterapkan di dalam kehidupan masyarakat yang menjadi bagian dari sebuah kepercayaannya.
Peristiwa atau fenomena pemaknaan yang berkorelasi dengan sebuah fase atau siklus kehidupan manusia yang salah satunya yaitu hal yang berhubungan dari sebuah proses lahirnya sebuah manusia. Banyaknya kepercayaan yang berkorelasi dengan keselarasan atau tujuan yang sama dari hidup manusia dan juga alam yang menjadi salah satu kebiasaan yang hampir semua masyarakat terutama dikalangan muda jarang mengetahuinya.Â
Kakang Kawa Adi Ari-ari merupakan sebuah kepercayaan yang ada dalam masyarakat Jawa dimana ketika Manusia dilahirkan memiliki terdiri dari dua saudara, yang lebih dahulu sebelum lahirnya seorang bayi yang biasa disebut juga Kawah yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia yakni memiliki arti air ketuban, dan yang lahirnya setelah bayi maka disebut sebagai Ari-ari atau jika diartikan menjadi bahasa Indonesia yaitu dinamakan Plasenta. Dari hal tersebut maka orang-orang Jawa menyebutnya dengan "Sedulur Papat".
Falsafah dari Sedulur Papat Lima Pancer merupakan falsafah dari Jawa kuno atau yang ada pada masa lampau yang mempunyai makna dari spiritual yang sangat mendalam. Kelima elemen dasar yang ada dalam falsafah berikut membahas mengenai sebuah kelahiran dari seorang manusia atau yang disebut juga sebagai jabang bayi yang tidak bisa lepas dari duplikasi empat penyertanya. Dari duplikasi tersebut mempunyai makna yaitu sedulur atau yang disebut dalam bahasa indonesia sebagai saudara yang tidak kasat mata, yang terus mengikuti dan menyertai secara terus menerus pada kehidupan seseorang yang dimulai dari ia lahir hingga meninggal.
Sedulur Papat Limo Pancer di mana terdapat empat watak umum  manusia yaitu sifat "aluamah supiah amarah, mutmainah" digambarkan dalam:
- Utara sebagai warna hitam, bisanya  suka  makan lezat atau isi perut, membicarakan orang lain atau berwarna hitam dua.
- Timur ; menjadi  warna putih;  senang dengan kekayaan, materi, property serta kepemilikan, perempuan , tahta, harta, akan tetapi lupa asal usul, egois.
- Selatan menjadi berwarna merah biasanya suka ribut bertengkar serta perseteruan, tidak serasi, antagonis.Â
- Barat menjadi warna kuning; Â keahlian pada beda pusaka, ilmu kanuragan, bakar kemenyan, serta makhluk yang mistik atau gaib; menemukan alam gaib pada tempuran empat sungai.
Sadulur papat lima Pancer tema : Weton utama "Kliwon"  pada  Jawa Kuna menggunakan pendekatan arah angin, serta ruang waktu Klendarium:
- Wage atau arah utara maka terdapat hari pasar "Wage
- Pahing atau arah selatan maka terdapat hari pasar "Pahing"
- Pon atau arah barat maka terdapat hari pasar "Pon"
- Legi atau arah timur maka terdapat hari pasar "Legi"